Sabtu, 06 November 2010

SBY dan Mentri Kunjungi Posko BMH Hidayatullah

Presiden SBY dan Menteri Kunjungi Posko BMH Hidayatullah Peduli

Jogyakarta, (3/11). Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Ani Susilo Bambang Yudoyono dan pejabat kementrian Indonesia mengunjungi Posko Hidayatullah Peduli di posko utama desa Purwobinangun, Sleman, Yogyakarta.



[sby] Kunjungan yang di lakukan pada pukul 09:00 WIB, SBY mengapresiasi luar biasa kepada Hidayatullah Peduli yang disponsori oleh BMH dalam melakukan aktifitas kemanusiaannya. “Saya selaku presiden mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Hidayatullah atas kerjasamanya dalam kepedulian mengurusi para pengungsi korban bencana Merapi Jogyakarta” demikian papar SBY saat berbincang-bincang dengan relawan BMH di posko Peduli Bencana Nusantara.

Beliau berpesan agar Hidayatullah tetap konsisten dalam mengemban misi sosial di negeri Indonesia ini. SBY berbincang-bincang dengan BMH cukup lama ketika kunjungannya ke posko Peduli Bencana Nusantara BMH-Hidayatullah Peduli. Para pejabat menteri pun ikut juga dalam perbincangan tersebut seperti Muhamad Nuh yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan mengapresiasi program pendidikan dan dakwah Hidayatullah dalam menangani para pengungsi. Tak ketinggalan Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Malarangeng mengucapkan terimakasih atas perhatiannya Hidayatullah kepada pemuda korban Merapi karena sangat diperhatikan kegiatannya selama dipengungsian.

Sejak tanggal 26 oktober 2010 Posko Peduli Bencana Nusantara yang di gagas BMH-Hidayatullah Peduli hadir dilokasi pengungsian, bebagai macam kegiatan telah bergulir hingga saat ini, diantaranya, evakuasi, pendistribusian bantuan kepada korban benacana, pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan non formal dan berbagai kegiatan lainnya.

Pelayanan kesehatan ditangani langsung team kesehatan IMS (Islamic Medical service), yang datang langsung dari Jakarta. Pembinaan anak pengungsi berupa kegiatan belajar baca al Quran dikoordinir langsung oleh Pos Dai Hidayatullah.

Bantuan untuk pengungsi bencana gunung merapi terus berdatangan, hari ini (3/11) datang dari Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Surabaya lengkap dengan mobil ambulance, enam orang team relawan, dua ribu masker, obat-obatan dan kebutuhan logistik.

Uluran tangan Anda sangat berarti buat mereka yang masih terombang ambing dalam gelombang ketidakpastian, kapan semua ini akan berakhir. Kami para relawan disini hanya mempu menguatkan mereka untuk tetap bersabar menjalani semua ini sebagai takdir dari sang Maha Kuasa.

Mari ringankan beban mereka dengan memberikan donasi pada program PEDULI BENCANA NASIONAL ke nomor rekening BCA 553.0212.205 atau BNI 8924.923 an. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah *BMH.or.id

Kamis, 14 Oktober 2010

Jumat, 01 Oktober 2010

Kuliah di UIN Jogja laksana tidur di atas awan

Hujan boleh turun tapi nga dapat berkahnya

sungguh keberuntungan bagi mereka
tapi nampaknya tidak bagiku

kuserahkan pilihan pada al-Qur'an
Manajemen pun aku abaikan

sempat ingin berubah
tapi Allah menetapkan taqdir-Nya

sungguh taqdir itu indah
seindah Yang berkehendak.

Jumat, 06 Agustus 2010

NO.
NOMOR UJIAN
NAMA
TEMPAT TUGAS
1
092/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
SUHUF SUBHAN
STDII IMAM SYAFII JEMBER
S2
PENDIDIKAN ISLAM
2
067/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
SAMSIRIN
ISID GONTOR
S2
PENDIDIKAN ISLAM
3
068/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
DARYAWAN
IAID DARUSSALAM CIAMIS
S2
PENDIDIKAN ISLAM
4
069/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
MOH. ROFIKI
IAI NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO
S2
PENDIDIKAN ISLAM
5
076/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
MAWI KHUSNI ALBAR
STAI SUFYAN SAURI MAJENANG
S2
PENDIDIKAN ISLAM
6
078/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
SYARIFAH
ISID GONTOR
S2
PENDIDIKAN ISLAM
7
080/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
SRI LUTHFIYAH
UNIV. COKROAMINOTO YOGYAKARTA
S2
PENDIDIKAN ISLAM
8
085/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
MUHAMMAD LUHAMUL AMAMI
STAI NU KEBUMEN
S2
PENDIDIKAN ISLAM
9
091/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
MUHAMMAD KHATIB HUSEN
STAI AR ROSYID SURABAYA
S2
PENDIDIKAN ISLAM
10
093/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
IFA AFIDA
STAI TAIFAS KENCONG JEMBER
S2
PENDIDIKAN ISLAM
11
095/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
ISTINAYAH
IAI NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO
S2
PENDIDIKAN ISLAM
12
101/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
EKA DIANA
STITQ INDRALAYA OGAN HILIR
S2
PENDIDIKAN ISLAM
13
103/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
MUHAMMAD NASRUN
STIE HIDAYATULLAH DEPOK
S2
PENDIDIKAN ISLAM
14
108/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
HASMIATI
STAI MUHAMMADIYAH SINJAI
S2
PENDIDIKAN ISLAM
15
74/Kemenag-UINJgjj/S2/2010
MUHSAR
STIT NURUL HAKIM KEDIRI LOMBOK BARAT
S2
PENDIDIKAN ISLAM
TAHUN 2010

Rabu, 21 Juli 2010

Uijian IIQ Jakarta

DAFTAR PESERTA TES TULIS
BEASISWA S2 KADER ULAMA KONSENTRASI ULUMUL HADIS DAN HUKUM ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
TAHUN 2010

SULAWESI SELATAN, GORONTALO, SULTRA, MALUKU

NO NO TEST NAMA TEMPAT, TGL LAHIR ALAMAT PONDOK PESANTREN TELPON/HP JURUSAN
1 001/KU/SULSEL/UH/2010 Muhammad Takdir, S.Pd.I. Pangkep,12 Nopember 1980 Pondok Pesantren Asshiratal Mustaqim Darud Da'wah wal Irsyad 0410 2311164 Ulumul Hadis
Baru-Baru Tanga Kabupaten Pangkep
Jl. H. Gassing Kel. Bonto Perak Kec. Pangkajene
Kabupaten Pangkep 90613

2 002/KU/SULSEL/HI/2010 Yamang bin Sahibe, Lc. Basalo, 27 Mei 1977 Pondok Pesantren Modern Shhwatul Is'ad Pangkep 04102315599 Hukum Islam
Jl. Poros Padanglampe Km. 3 Ma'rang Kotak Pos 300
http://www.shohwatulisad.com Fax. 0410 2315599

3 001/KU/GORONTALO/HI/2010 Mansur Martam, Lc. Paguat, 16 April 1982 PP. Al Khairaat Tilamuta 0852 5686 1245 Hukum Islam
Jl. Sulthan Hurudji No.184 Modelomo Tilamuta Boalemo 0813 5621 2171
Gorontalo

4 002/KU/GORONTALO/HI/2010 Roka'ataini Serang, 8 September 1972 PP. Hidayatullah (0436) 826792 Hukum Islam
Jl. Raja Eyato III Kel. Molosipat W. Kec. Kota Barat 0852 9817 8134
Kota Gorontalo Prop. Gorontalo

5 003/KU/GORONTALO/HI/2010 Sridewi Abubakar, S.Pd.I. Panguat, 15 Desember 1980 Al-Khairat Tilamuta-Boalemo Gorontalo 081356212171 Hukum Islam
Jl. Sulthan Hurudji No. 184 Modelomo Tilamuta, Boalemo 08525681245
Gorontalo 96263

6 001/KU/SULTRA/UH/2010 Muhammad Nasrun, S.Pd.I. Arallae Bone, 15 September 1979 PP. Hidayatullah Kendari 0812 8821 7603 Ulumul Hadis
Jl. Jenderal Nasution No.8 Kambu Kota Kendari
Sulawesi Tenggara

7 001/KU/MALUKU/HI/2010 Afif Arwani, S.Ag. Banyuwangi, 5 Oktober 1976 Pondok Pesantren Uswatun Hasanah Kayeli Kec. Waeapo 081343151003 Hukum Islam
Kabupaten Maluku 081343136764


An. Direktur Pendidikan Diniyah
dan Pondok Pesantren
Kasubdit Pend. Salafiyah, Pend. Al-Qur'an
dan Majelis Taklim



H. Muharam Marzuki, Ph.D
NIP. 19630204 199403 1 002

Uijian IIQ Jakarta

Kamis, 01 Juli 2010

Senin, 28 Juni 2010

Minggu, 20 Juni 2010

Pejabat

21/06/2010

numpang nanya. ya ....coba aja nanya tu pegawai!
assalamualaikum pak, maaf dik ni lagi ada tamu, gantian gitu!

eh..he...dek mau apa? he...menghadap sini, ini ruangan saya!
(mencoba meraba arah suara) ya pak saya. saya mau nanya t4 pengambilan kartu ujian pasca.

ohh...maaf dek bukan di sini. di kampus dua sana, di pasca, maaf ya dik saya kira tadi ada apa.

#### demikian gambaran orang yang merasa besaaar####

**** Tidak akan masuk surga orang yang ada keseombongan dalam hatinya sebesar biji zarrah ***** Naudzubillah....

Selasa, 15 Juni 2010

Hafizhoh 30 Juz


No No. Tes./Ujian Nama Tempat Tugas Prodi Yang Dipilih Tempat Test
103 103 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Muhammad Nasrun, S.Pd.I. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Hidayatullah Depok
S2 Pendidikan Islam UIN Jakarta
104 104 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Tabrani ZA., S.Pd.I. STAI-PTIQ Banda Aceh S2 Pendidikan Islam IAIN Medan
105 105 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Indra, S.Pd.I. STAI Gajah Putih Takengon Aceh
Tengah Aceh
S2 Pendidikan Islam IAIN Medan
106 106 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Kurnia Jamil, S.Pd.I. STAI Gajah Putih Takengon Aceh
Tengah Aceh
S2 Pendidikan Islam IAIN Medan
107 107 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Ridwan, S.Pd.I. Sekolah Tinggi Agama Islam Al
Amanah Jeneponto Sulawesi
S2 Pendidikan Islam UIN Makasar
108 108 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Hasmiati, S.Pd.I. Sekolah Tinggi Agama Islam
Muhammadiyah Sinjai Sulawesi
Selatan
S2 Pendidikan Islam UIN Makasar
109 109 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 H. Ujang Sihabudin, S.Ag., M.Si STIAI Al-Husain Magelang S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
110 110 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Mukodi, M.Si STAIA Magelang S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
111 111 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Moh. Sholeh, M.Pd.I STIPI Khadijag Surabaya S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
112 112 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Drs. Musa Ahmad, M.Si IAIIG Cilacap S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
113 113 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 H. Fu'ad Arif Noor, M.Pd. STPI Bina Insan Mulia
Yogyakarta
S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
114 114 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Chusna Arifah IAID Ciamis Jawa Barat S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
115 115 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Anis Husni Firdaus, S.Th.I., M.Pd.I IAID Ciamis Jawa Barat S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
116 116 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Imam Basori, M.Ag Univ. Nusantara PGRI Kediri S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
117 117 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Ali Muttaqin, M.Pd.I IAIN Sunan Ampel Surabaya S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
118 118 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Maryanto, S.Pd.I., M.Ag. STAIMUS Surakarta S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
119 119 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Drs. Sadiran, M.Pd.I STAI Ngawi S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
120 120 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Abdurrohim, S.Hum. STISHidayatullah Balikpapan S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
121 121 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Munjahid, S.Ag., M.Ag. STIQ An Nur Yogyakarta S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
122 122 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Drs. H. Abdul Halim, M.Pd.I STIK Annuqayah Guluk-Guluk
Sumenep
S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
123 123 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Zaenal Arifin, M.Si STIT Sunan Giri Trenggalek S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
124 124 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Asep Rahmat Suwarno, S.Sos., M.Ag. STT Jawa Barat S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
125 125 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Muhamad Asvin Abdur Rohman, M.Pd.I INSURI Ponorogo S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
126 126 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Drs. Subandji, M.Ag. STAIN Surakarta S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
127 127 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Muhammad Sya'roni, M.Si STIT Al-Fattah S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
128 128 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Salamah Eka Susanti, M.Si STAI Zainul Hasan Genggong
Probolinggo
S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
129 129 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Amin Maulani, M.Si STIT Muhammadiyah Bojonegoro S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
130 130 /Kemenag-UINJgjj/S3/2010 Rohinah, M.A STAI Indonesia Klender Jakarta S3 Kependidikan
Islam
UIN Yogyakarta
No Nama Tempat Tugas Prodi Yang Dipilih Tempat Test
1 3 4 5 6
1 001 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Najwaa Mu'minah STIQ An Nur Bantul S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
2 002 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Sumarni, S.Fil.I UNSIQ Wonosobo S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
3 003 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Dadang Aji Permana STIB Banyuwangi S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
4 004 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Najmiatur Rahmi, S.Ag. IAIN Imam Bonjol Padang S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
5 005 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Ahmad Shidqi, S.Th.I. STITY Wonosari S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
6 006 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Zunly Nadia, S.Th.I. STAIM Nganjuk S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
7 007 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Hafizh Idri Purbajati, S.Th.I. STIB Banyuwangi S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
8 008 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Mashudi, S.Fil.I. IAII Situbondo S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
9 009 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Noviandy, S.Fil.I. STAI Tengku Dirundeng
Meulaboh
S2 Aqidah Filsafat IAIN Medan
10 010 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Ahmad Abrari, S.Th.I IAII Situbondo S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
11 011 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Hatib Rachmawan, S.Pd., S.Th.I UAD Yk S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
12 012 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 M. Sauki, S.Th.I STAI Darussalam Banyuwangi S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
13 013 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Lukman Hakim STAI Al-Musaddadiyah Garut S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
14 014 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Rahmat Kurnia, S.Fil.I STAI Tengku Dirundeng
Meulaboh
S2 Aqidah Filsafat UIN Yogyakarta
15 015 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Aniroh, S.Ag STAIS Majenang Cilacap S2 Sejarah
Kebudayaan Islam
UIN Yogyakarta
16 016 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Muslim Nurdin, S.S. STAIPI Garut S2 Sejarah
Kebudayaan Islam
UIN Jakarta
17 017 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Wahyu Heru Pamungkas, S.Ag. Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah
(STIS) Kebumen
S2 Hukum Islam UIN Sunan
Kalijaga
18 018 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Jaenal Abidin, S.H.I. Universitas Sains Al Qur'an
(UNSIQ) Jawa Tengah di
Wonosobo
S2 Hukum Islam UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
19 019 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Imam Muhlis, S.H.I. Yayasan Universitas Islam
Madura (YUNISMA)
S2 Hukum Islam UIN Sunan
Kalijaga
20 020 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Jejen Fauzan, S.H.I. Institut Studi Islam Fahmina (ISIF)
Cirebon
S2 Hukum Islam UIN Sunan
Kalijaga
21 021 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Surur Roiqoh, S.H.I. Universitas Sains Al Qur'an
(UNSIQ) Jawa Tengah di
Wonosobo
S2 Hukum Islam UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
22 022 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Nur Faizah, S.H.I. Sekolah Tinggi Agama Islam
Qomaruddin Gresik
S2 Hukum Islam UIN Sunan
Kalijaga
23 023 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Mutoharoh, S.H.I. Sekolah Tinggi Ilmu Syari'ah
(STIS) Kebumen
S2 Hukum Islam UIN Sunan
Kalijaga
24 024 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Rahmad Alamsyah, S.H.I. Sekolah Tinggi Agama Islam Al
Kamal (STAIKA) Sarang
Rembang
S2 Hukum Islam UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
25 025 /Kemenag-UINJgjj/S2/2010 Lutfil Ansori, S.H.I. STAI Al Muhammad Cepu S2 Hukum Islam UIN Sunan
Kalijaga
No. Tes./Ujian
2
DAFTAR PESERTA UJIAN/TES
PROGRAM BEASISWA STUDI KEMENTERIAN AGAMA
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM TAHUN 2010
KERJASAMA DENGAN UIN SUNAN KALIJAGA JOGJAKARTA

Selasa, 08 Juni 2010

Ayat Tarbiyah/Kelemahan Manusia

Tugas Makalah Ayat-Ayat Tarbawiyah




KELEMAHA-KELAMAHAN MANUSIA
DALAM AYAT-AYAT AL-QUR`AN


Manusia terdiri dari dua unsure yakni, unsure tanah dan unsure ruh. Manusia pada fisiknya adalah bahan baku dari tanah dan unsure penggeraknya adalah ruh. Maka demikian manusia hidup sehingga ia dapat bergerak dan menyesuaikan diri dengan alam semesta dan tugas utamanya adalah ibadah kepada Allah sekaligus sebagai khalifatullah fil ard. Untuk menyempurnakan kekhalifahannya ia dilengkapi dengan pendengaran, penglihatan, dan panca indra lainnya hingga benar-benar sempurna. Demikian insyarat dalam al-qur`an surah As Sajadah : 7-9.

1. Surah As-Sajadah ayat : 7-9

  •                • •                •  
Artinya:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.

Manusia adalah ciptaan dan karya Allah yang paling agung, dari segi penciptaan manusia adalah bentuk body yang paling bagus dan paling menawan. Meski dari penciptaan yang hina karna dari tanah dan saripati air (mani), kemudian Allah memuliakannya. Dan di antara manusia tidak sedikit menghinakan dirinya sendiri, maka jadila ia sebagai manusia hina.







2. Surah At-Tien : 4-6

                     
Artinya :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.

Dalam timbangan Al-Qur`an masalah mulia maupun hina terletak dalam keimanan dan ketaatan pada Sang Pencipta. Islam tidak melihat dan menimbang kemuliaan itu dari segi fisik maupun harta akan tetapi dari segi kemuliaan hati dan peribadatan. Hingga demikian kita bias katakana bahwasanya manusia adalah makhluk Allah yangn paling mulia dan pada sisi lain ia adalah makhluk yang lemah. Sehingga terkadang melupakan asal-usulnya. Maka Al-Qur`an mengingatkan pada manusia akan keterbatasannya, baik dalam bentuk fisik maupun akal.

3. surat Ar-Ruum ayat : 54

                           
Artinya:
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.


Dalam proses pertumbuhan manusia, sejak dilahirkan hingga dewasa dan beranjak tua tidak terlepas dari dua keadaan yakni, lemah dan kuat. Dalam realita kehidupan, manusia adalah makhluk yang paling lemah keadaannya ketika keluar dari perut ibunya. Membutuhkan beberapa bulan hinngga tahun untuk bisa berdiri dan berjalan, berbeda dengan misalnya kambing, sapid an hewan lainnya. Bahkan ayam baru menetas segera dapat berjalan. Jauh halnya dengan keadaan manusia.
Demikian manusia meniti hidupnya dalam keadaan lemah kemudian sediki Allah memberinya kekuatan untuk bangkit dimulai dari merangkak, duduk, berdiri, berjalan dan berlari kecil untul melatih otot untuk bekerja. Demikianlah manusia menuju kesempurnaan menggapai nikmat Penciptanya.
Apakah lantas demikian itu manusia masih terbetik dalam benaknya untuk sombong? Allah sekali lagi mengembalikan manusia pada keadaan semula, setelah kuat dengan sempurna sedikit demi sedikit ia kembali lemah dan akhirnya sandiwara kehidupan pun berakhir baginya.
Kita bisa mengambil beberapa kesimpulan dan faidah di antaranya,
 Allah mengabarkan kepada hamba-Nya proses penciptaannya dengan tujuan utama manusia tidak melupakan asa-usulnya dan tidak takabur lagi sombong.
 Allah memulai penciptaan manusia dalam keadaan lemah tanpa daya dan upaya, bayi baru lahir hanya bisa mengandalkan tangis sebagai bentuk kelemahannya. lantas diberi kekuatan dan kemampuan
 Kematangan membutuhkan proses yang panjang, mula-mula pendengaran, penglihatan dan panca indra lainnya. Lantas disempurnakan akal untuk berpikir dan bertindak setelah sempurna fisik dan siap bekerja.
 Kembali Sang Pencipta menetapkan manusia demikian hingga datang masa tua dan mulai kembali ke asalnya. Kulit mulai keriput, rambut sehelai demi sehelai memutih, kekuatan mulai berkurang, ingatan mulai hilang, pendengaran, penglihatan demikian panca indra lainnya sudah tak berfungnsi sebagai mana sebelumnya.
 Pendidikan dan Tarbiyah Allah kepada sekalian manusia agar dapat bercermin dari proses penciptaannya. Allah menginginkan manusia sadar akan semua kejadian ini.

4. Surah Al-Ahzab Ayat : 71

                   
Artinya :
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,

Ayat yang mulia di atas memberi berita, sebelum amanah itu jatuh pada manusia, Allah Subhanahu wa Ta`ala telah menawarkan tugas mulia itu kepada makhluk lainnya akan tetapi semua menolak. Kemudian Allah menutup ayat 72 ini dengan pernyataan, “Sungguh manusia itu amat zalim dan amat bodoh”. Kezalimannya bukan karena menerima amanah tapi karena menyelewengkan amanah, kebodohannya bukan karena siap menjadi khalifah tapi karena tidak pedulinya pada amanah khalifah yang berat ini. Siapa pun akan datang menghadap Allah dengan masing-masing membawa beban.

Di antara pendapat arti dan makna amanah itu adalah,
 Dalam hadits yang berasal dari Ibnu Abbas, Amanah adalah ketaatan yang ditawarkan kepada mereka (langit,bumi dan gunung) sebelum ditawarkan pada Adam. Allah berfirman, Ya Adam, Aku telah menawarkan amanah pada langit, bumi dan gunung-gunung dan semua tidak mampu. Apakah engkau mengambilnya? Adam berkata, Ya Rabb! Apa konsekwensinya? Dijawab, Apabila engkau mengembannya dengan baik maka akan mendapat balasan yang baik pula. Apabila engkau berkhianat maka akan mendapat azab. Maka diembanlah amanah itu oleh Adam.
 Shahabat Ibnu Abbas Rhadhiyallahu `anhu berkata, “ Amanah adalah ketaatan yang sebelum ditimpakan pada manusia terlebih dahulu telah ditawarkan pada langit, bumi dan gunung. Akan tetapi semua menolak karena ketidakmampuannya.
 Qotadah Rhadhiyallahu `anhu, berpendapat, amanah adalah agama, kewajiban dan had.
 Adapun Malik Rhadhiyallahu `anhu berpendapat, amanah ada tiga, Sholawat, Shaum dan mandi janabat.
 Ubay bin Ka`ab Rhadhiyallahu `anhu, mengatakan, di antara amanah wanita menjaga kemaluannya.
 Mujahid, Sa`id bin Jabir, Dhahhak dan begitu pula Al Hasan Al Bashri Rhadhiyallahu `anhum, berpendapat bahwa amanah itu pada hakekatnya adalah kewajiban (Agama).

Pandang arti amanah tersebut bertumpuk pada aturan agama baik perintah maupun larangannya. Tekanannya telebih pada syariat yang menjadi kewajiban umat manusia. Islam adalah agama aturan, di sana ada kewajiban adapula sunnah demikian ada pilihan, selain itu ada larangan dan ada isyarat bahwa hal tersebut buruk dan ada pilihan. Kesempurnaan itu tidak lain karena peletak agama ini adalah Pencipta alam semesta termasuk manusia dan kemauan manusia itu sendiri.
Keselamatan kita ditentukan sejauh mana hati, pikiran dan tindakan bersedia mengikuti aturan yang sempurna itu. Kebutuhan ruhani pada manusia melebihi dari pada kebutuhan jasmani. Kalau jasmani yang sehat maka tidak ada orang mau bunuh diri, kalau ruhani fit maka tidak ada dengki yang berakhir pembunuhan, kalau ruhani baik maka tidak ada kejahatan yang meresahkan relung hati karena ulah para berpenyakit hati.
Kekurangan jasmani mungkin akan terobati dengan kecanggihan tekhnolgy dan kemajuan kedokteran dan segala macam kamajuan dunia. Hampir semua kebutuhan bisa dibeli, dimana-mana disediakan segala yang menjadi kebutuhan manusia hingga manusia hanya mempersiapkan uang untuk mendapatkannya. Namun apa boleh dikata kalau hati yang tak terobati. Maka aturan agamalah obatnya.

5. Surah Al-Ma`arij Ayat : 19-20

 •   • 
    
    
Artinya :
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
Dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir,

Al-Qur`an menggambarkan bahwa sifat kikir itu bukan hanya orang yang menahan kedua tangannya dari memberi, tapi demikian pula bagi orang yang suka berkeluh kesah. Pada dasar kikir adalah tidak memberi pada yang berhak, ketika manusia mendapat cobaan berupa kesulitan maka hak dan kewajibannya adalah bersabar dan kalau mampu ia ridha dan kalau ia hamba yang faqih maka ia bersyukur karena di balik musibah ada hikmah yang tak terhitung keuntungannya. Di balik musibah ada penghapusan dosa, ada kenaikan derajat di sisi Tuhannya.
Namun ujian kenikmatan pun tak membuat manusia menyadari lantas bersyukur, maka Allah pun mencapnya amat kikir. Betapa hinanya bagi orang yang diberi lantas tak mau menoleh siapa yang telah memberinya. Sifat yang tak mungkin dimiliki orang-orang yang berakal meski pun sedikit.
Kalau melihat realitas dunia metropolitan, maka jawabannya adalah, ini adalah hasil usaha kami, kami telah bekerja dan kami pun berhak untuk memanen hasil keringat. Benarkah demikian? Sejenak menoleh tetangga kanan kita atau tetangga kiri, apakah mereka tidak bekerja? Tidak berkerinngat? Tidurkah mereka? Tidak…sekali lagi tidak. Mereka keluar sebelum ayam bergeser dari tempat tidurnya, sebelum anak-anak mereka bangun. Apa yang nereka perbuat? Mengais tong sampah, apa yang meraka cari? Emas…perak…permata…intan? Bukan! Bekas plastic indomie Anda yang mereka korek. Bekas minuman mereka buru. Lantas mengapa manusia itu lupa? Itulah satu dari seribu kelemahan manusia.

Hikmah dari semua itu adalah pelajaran yang wajib dihindari bagi orang-orang yang berakal agar tidak terjerumus bersama mereka yang terjerumus. Di antara kandungan ayat tersebut adalah,
Manusia pada umum suka berkeluh kesah, bertanda tidak sabar dan kurang menyelami hikmah sabar dan ridha.
Kikir tidak hanya karena tak mau berbagi tapi juga bagi orang yang tidak siap menerima keadaan yang menimpanya.
Apabila dikaruniakan kenikmatan duniawi lantas lupa pada Pemberi nikmat (kufur nikmat) tidak menunaikan kewajiban zakat, shodaqah dan infaq. Inilah kikir sejati.
Hanya sedikit sekali manusia yang bersabar apabila ditimpa musibah. Namun lebih sedikit lagi orang yang bersyukur apa bila mendapat nikmat.

6. Surah An-Nisa` Ayat : 28

         
Artinya :
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.
7. surah Al-Insyirah Ayat : 5-6

•   •  •    

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Kemurahan dan rahmat Allah Subhanahu wa ta`ala amat lah luas, lebih luas dari samudra lebih lapang dari daratan. Ia samudra yang tak bertepi, semua jalan buntu ada jalan daruratnya. Syariat yang begitu pokok saja memberi jalan alternative pada saat-saat mendapat kesulitan. Itulah kemurahan Allah Subhanahu wa ta`ala pada hamba-Nya yang lemah ini.
Dua atau tiga ayat di atas mewakili semua kemudahan dalam Al-Qur`an, di sana masih puluhan bahkan ratusan ayat serupa. Kelemahan itu tidak saja pada fisik tapi juga tekad dan kemauan, bahkan juga istiqomah dan cita-cita. Maka Allah Subhanahu wa ta`ala membuka jalan kemudahan, pada dasarnya hidup ini adalah tanggung jawab, maka Allah membuka dispensasi (tasamuh) karena kemampuan kita sungguh amat-amat terbatas.
Kalau boleh kita umat Islam mengklaim bahwa semua ini hanya diperuntukkan pada umat ini. Apabila kita mencerna hikayat dalam Al-Qur`an maka beban lebih berat dibebankan pada umat terdahulu, namun kalua memetik hikmah di balik itu karena badan mereka lebih dari poster manusia sekarang dan di sana masih terdapat alas an lainnya.
Di antara hukum fiqh dan hikmah ayat termaktub,
 Keringanan yang dianugrahkan apabila dilakukan maka pahala tidak berkuranng, bahkan sebagian ulama mengatakan keringanan itu lebih afdhal.
 Tanda rahmat Allah pada umat ini.
 Boleh meringkas sholat dari empat rakaat ke dua rakaat pada musafir. Karena pada umumunya musafir itu mendapatkan badan lelah dan kesulitan di rantau.
 Demikian pula musafir boleh berbuka dan menggantinya pada hari lapang di luar Ramadhan
 Bagi ibu yang melahirkan dan orang tua jompo yang tidak mampu berpuasa menggantinya dengan fidyah, diserahkan pada orang yang tidak mampu.
 Orang miskin (sangat dalam kemiskinan) tidak wajib bagi mereka zakat, justru mereka wajib mendapat zakat
 Bagi kaum Muslimin yang tidak punya kemampuan harta dan fisik jatuh kewajiban menunaikan haji.
 Bagi kaum Muslimin yang tidak punya bekal dan kemampuan fisik tidak wajib ikut jihad kalau sewaktu-waktu kaum muslimin diserang musuh
 Pintu kebaikan dalam Islam amat banyak, dimana saja mampu disana lah yang utama
 Setelah kesulitan ada janji kemudahan





8. Surah Yasin Ayat : 77

           
Artinya :
Dan Apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

Berbekalkan akal, Allah menyuruh kita untuk menganalisa, meneliti, melihat singkat kata mengadakan riset akan penciptaan dunia serta isinya termasuk manusia. Suatu potensi yang amat besar untuk mengasah dan menguji kemampuan otak ini, sampai dimana batas kemampuanya dalam melihat semua kebesaran Allah ini. Seorang peneliti barat pernah berkata, “Semakin kabur panganku tentang alam semesta ini semakin yakinlah aku kalau semua ini ada penciptanya”. Inilah pengakuan seorang yang jujur pada dirinya. Kemampuan manusia amat terbatas. Bahkan pakar Astronomi yang satu tidak malu mengatakan, “Pengetahuan kita tentang alam semesta ini hanya lah 7%”. Lantas dimana letak kesombongan manusia? Tidak ada tempat k untuk menyombongkan diri. Demikian pengakuan orang-orang yang pernah menyaksikan kekuasaan Allah di luar angkasa sana.

Mungkin sedikit disimpulkan bahwa,
 Ayat pertama adalah Perintah, Bacalah! Artinya di sana banyakl hal yang perlu diketahui yang belum diketahui orang-orang terdahulu.
 Manusia sejatinya hanyalah dari setetes air mani yang bertemu ovum dari ibunya lantas jadilah ia manusia perkasa, lantas kenapa mereka sombong?
 Tidakkah manusia menyadari kalau ia asal-usulnya dari yang tidak ada lantas diadakan namun itupun melalui bahan yang menjijikkan, tapi kena lantas menentang Penciptanya? Sungguh tak tahu diri.

8. Surah Adz Dzariyaat Ayat : 20-21

          
Artinya :
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?

Kalau tanda kekuasaan Allah itu di bumi amat banyak dan luas hingga sulit bagi manusia yang lemah ini untuk mencerna semua, maka Allah juga membuat tanda-tanda kekuasaan-Nya pada dirimu. Adakah ia mengambil pelajaran? Sedikit bahkan amat sedikit manusia tergolong pada ini.
Mungkin penulis hanya mampu menunjukkan satu di antara ribuan tanga itu. Kita pilih jantung sebagai contoh. Jantung manusia berkekuatan sebagai berikut,

 Jantung manuasia memompa darah dalam sehari sebanyak 2.200 galon
 Bila dihitung dalam setahun 8.030.000 galon
 Kalau umur kita mencapai 60 tahun maka jantung bekerja sama dengan kira-kira 345.000 ton beratnya
 Tahukah kita besar jantung itu? Hanya segenggam tangan dewasa
 Berapa beratnya? 225-340 gram. Bagaimana bisa terjadi?
 Berdenyut 70 kali tiap detik, berarti 4.200 tiap jam, 100.800 sehari atau 36.792.000 dalam setauhn. Hebat luar biasa. Sudahkah kita memikirkannya? Nampaknya kelemahan manusia jauh lebih daripada yang kita sadari selama ini.


9. Surah An Nahl Ayat : 78 :

    •            

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

Tugas seorang ibu adalah mengandung, adapun mengeluarkan jabang adalah Allah Subhanahu wa Ta`ala, maka ditekankan dalam surat ini, “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu”. Sebenarnya ini jawaban pada mereka yang ingkar pada kekuasaan Tuhan. Dengan mudah kita dapatkan ibu harus dicecar karena bayi dalam perut tidak bisa keluar, entah itu karna meninggal dalam perut maupun masalah lainnya.
Setelah keluar, bayi hanya bisa menangis entah apa sebab. Karena ketika itu manusia belum mengetahui apa pun, kemudian berlahan-lahan panca indra mulai berfungsi satu demi satu yang pertama kali adalah pendengaran, penglihatan dan hati.
Semua ini diungkapkan agar manusia menyukuri segala nikmat dan pemberian Allah Subhanahu wa Ta`ala, maka diakhir ayat dengan ditekankan hal tersebut, “Agar kamu bersyukur”. Bagaimana bentuk syukur terhadap pendengaran? Bagaimana pula penglihatan? Dan lainnya?.
Semua badan ini akan diminta pertanggungnjawaban, yang paling berperan sebagai penentu adalah telinga, mata dan hati. Tanggung jawab kepala dan apa yang ada disekitarnya tidaklah mudah. Kuping bertanggungjawab pada semua yang didengar, tidak ada yang lewat pada manusia tanpa mendengar, pendengaran akan diintrogasi dari semua apa yang didengar, baik maupun buruknya. Betapa banyak manusia terjerumus dalam dosa dan noda dikarenakan mendengarkan hal-hal negative. Betapa banyak saudara yang bertiakai karena adu domba pihak yang tidak bertanggung jawab, yang bermula dari bisik-bisik jahat. Betapa banyak orang tersesat karena tidak memperbaiki pendengaran hingga lain yang disampaikan lain pula tanggapannya.
Maka sungguh benar sabda Nabi Shallallahu `alai wa sallam , “Cukuplah seseorang itu dikatakan pendusta apabila ia menceritakan semua apa yang ia dengar”. Karena betapa banyak berita yang tidak sesuai dengan kejadian sebenarnya.
Mungkin kita masih teringat dengan desas-desus kasus selingkuh Aisyah Rhadhiyallahu `anha yang bermula dengan cerita bohong yang disebarkan oleh manusia munafik yang tidak bertanggungjawab. Kehidupan Rasulullah sungguh kehidupan yang sangat harmonis bersama istri-istri beliau utamanya dengan Khumairoh, tiba-tiba keharmonisan itu terganggu dengan berita di luar dugaan oleh siapa pun jua. Munafik Abdullah bin Ubay bin Saul tokoh utama kaum muanfikin, Ummu Ruman bunda `Aisyah mendengar berita tersebut langsung pingsan. Berita itu belum tersebar luas. Setelah sadar ia tetap berusaha merahasiakan tidak tega menyakiti putrinya.
Berita bohong itu pun sampai di telinga `Aisyah melalui bibir Ummu Misthah. `Aisyah segera menuju rumah orang tuanya sambil menangis dan menyesalkan sikap ibunya yang menembunyikan berita burung itu.
Dengan air mata yang berlinang deras mencoba menghibur putrinya, “Wahai putriku, janganlah engkau terlalu gundah sebab demi Allah, tidak jarang seorang wanita yang dimadu sedang ia sangat cinta dan dicintai oleh suaminya melainkan dia akan menjadi buah bibir madunya dan buah bibir orang banyak.
Dengan do`a yang sangat, agar Allah membuka tabir semua ini, akhirnya Allah mengabulkan permohonan itu dengan diturunkannya surat An-Nur ayat 11-19.


•                    •                                                               •                •                                                   
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar[1031].
Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."
Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta.
Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.
(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar.
Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar."
Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.
Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.


Akhirnya yang awalnya Rasulullah juga sempat menahan diri dari `Aisyah, namun kegembiraan itu telah tiba. Maka terbuka lebarlah kebusukan isu-isu orang munafik, kemunafikan itu menunjuk Abdullah bin Ubay bin Saul sebagai akar kebohongan besar ini.
Berita bohong ini mengenai istri Rasulullah s.a.w. 'Aisyah r.a. Ummul Mu'minin, sehabis perang dengan Bani Mushtaliq bulan Sya'ban 5 H. Perperangan ini diikuti oleh kaum munafik, dan turut pula 'Aisyah dengan Nabi berdasarkan undian yang diadakan antara istri-istri beliau. dalam perjalanan mereka kembali dari peperangan, mereka berhenti pada suatu tempat. 'Aisyah keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan, kemudian kembali. tiba-tiba Dia merasa kalungnya hilang, lalu Dia pergi lagi mencarinya. Sementara itu, rombongan berangkat dengan persangkaan bahwa 'Aisyah masih ada dalam sekedup. setelah 'Aisyah mengetahui, sekedupnya sudah berangkat Dia duduk di tempatnya dan mengaharapkan sekedup itu akan kembali menjemputnya.
Kebetulan, lewat ditempat itu seorang sahabat Nabi, Shafwan Ibnu Mu'aththal, diketemukannya seseorang sedang tidur sendirian dan Dia terkejut seraya mengucapkan: "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, isteri Rasul!" 'Aisyah terbangun. lalu Dia dipersilahkan oleh Shafwan mengendarai untanya. Syafwan berjalan menuntun unta sampai mereka tiba di Madinah. orang-orang yang melihat mereka membicarakannya menurut Pendapat masing-masing. mulailah timbul desas-desus. kemudian kaum munafik membesar- besarkannya, Maka fitnahan atas 'Aisyah r.a. itupun bertambah luas, sehingga menimbulkan kegoncangan di kalangan kaum muslimin. Bermula dari manakah ini? Jawabannya dari pendengaran yang tidak benar.
Mata dan hati jauh lebih rusak apabila tidak bisa menjaganya. Belum lagi dengan amanah yang lain, kepala, tangan, kaki, badan dan umur belum lagi tambahan ilmu dan harta. Semoga kita mampu menjaga segala kelemahan ini menjadi kekuatan yang bersifat positif.
Demikian makalah ini kami buat, kritik konstruktif tetap kami harapkan dari pembimbing dan teman-teman sekalian demi mendekati kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga Allah Subhanahu wa ta`ala memberi taufiq dan hidayahnya atas segala amalan-amalan kita dan merihdai dan mencitai kita sekalian. Amien ya Mujiibas sailin.



Muhammad Nashrun - S u h I r a h

Cermati.....lalu Hindari!!!

CIRI-CIRI AJARAN SESAT
Rabu, 07 Nopember 2007

JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) menetapkan sepuluh kriteria suatu aliran dapat digolongkan tersesat. Namun, tidak semua orang dapat memberikan penilaian suatu aliran dinyatakan keluar dari nilai-nilai dasar Islam.
''Suatu paham atau aliran keagamaan dapat dinyatakan sesat bila memenuhi salah satu dari sepuluh kriteria,'' kata Ketua Panitia Pengarah Rakernas MUI Tahun 2007, Yunahar Ilyas, di Jakarta, Selasa (6/11).

Sekretaris MUI, Ichwan Sam, menambahkan, kriteria tersebut tidak dapat digunakan sembarang orang dalam menentukan suatu aliran itu sesat dan menyesatkan atau tidak. ''Ada mekanisme dan prosedur yang harus dilalui dan dikaji terlebih dahulu. Harus diingat tidak semudah itu mengeluarkan fatwa,'' tegasnya.
Pedoman MUI itu menyebutkan, sebelum suatu aliran atau kelompok dinyatakan sesat, terlebih dulu dilakukan penelitian. Data, informasi, bukti, dan saksi tentang paham, pemikiran, dan aktivitas kelompok atau aliran tersebut diteliti oleh Komisi Pengkajian.

Selanjutnya, Komisi Pengkajian memanggil pimpinan aliran atau kelompok dan saksi ahli atas berbagai data, informasi, dan bukti yang didapat. Hasilnya kemudian disampaikan kepada Dewan Pimpinan.

Bila dipandang perlu, Dewan Pimpinan dapat menugaskan Komisi Fatwa untuk membahas dan mengeluarkan fatwa. ''Di batang tubuh fatwa mengenai aliran sesat, juga ada poin yang menyatakan akan menyerahkan segala sesuatunya kepada aparat hukum dan menyeru masyarakat jangan bertindak sendiri-sendiri,'' jelas Ichwan.

Pemerintah, sambung Menag, Maftuh Basyuni, terus berupaya meyakinkan para penganut aliran sesat agar dapat kembali ke jalan yang benar, sekarang sudah banyak tokoh aliran sesat yang ditangkap dan menyerahkan diri, tergantung aparat untuk menindaklanjutinya.''

Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Adian Husaini menyebut keluarnya putusan MUI sebagai sesuatu yang ditunggu-tunggu umat Islam. ''Dengan demikian jelas apa saja kriteria aliran sesat itu,'' kata Adian. Sepuluh kriteria yang ditetapkan MUI itu merupakan ajaran Islam yang mendasar. ''Ini penekanannya lebih untuk umat sendiri.''

Sepuluh Kriteria Aliran Sesat:

- Mengingkari rukun iman dan rukun Islam - meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-sunah),
- Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran<
- Mengingkari otentisitas dan atau kebenarran isi Alquran
- Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir
- Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagaii sumber ajaran Islam
- Melecehkan dan atau merendahkan para nabbi dan rasul
- Mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai naabi dan rasul terakhir
- Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah dditetapkan syariah
- Mengkafirkan sesama Muslim tanpa dalil ssyar'i

Sumber: MUI
http://www.media-islam.or.id
Saat ini banyak muncul aliran sesat. Di antara ciri-ciri aliran sesat adalah pimpinannya mengaku sebagai Nabi atau Rasul (biasanya mengaku sebagai Nabi Isa) agar pengikutnya lebih setia dan membawa ajaran baru yang bertentangan dengan Al Qur'an dan Hadits. Misalnya ada yang menyatakan tidak perlu sholat dan puasa atau sholat cukup hanya 1 kali saja. Ada pula yang berhaji tidak ke Mekkah, tapi di tempat lain.

Jika kita mempelajari Al Qur'an dan Hadits niscaya kita akan tahu mereka sesat. Sebagai contoh dalam satu hadits disebut mengenai rukun Iman dan rukun Islam. Pada rukun Iman disebut iman kepada Allah, MalaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhir dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk. Iman pada Rasul berarti meyakini Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir sebagaimana disebut dalam surat Al Ahzab:40.

"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." [Al Ahzab:40]

Jadi kalau ada yang mengaku Nabi sesudah Nabi Muhammad dan membawa ajaran baru jelas dia pembohong karena ajaran Islam pada zaman Nabi Muhammad sudah disempurnakan Allah:

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu" [Al Maa-idah:3]

Karena itu jika ada yang bilang bahwa tak perlu sholat dan puasa karena perintahnya belum turun, itu adalah sesat karena bertentangan dengan Al Qur'an dan Hadits.

"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya" [Al 'Ankabuut:45]

Bahkan Nabi Isa yang nanti turun ke dunia (baca hadits Bukhari dan Muslim) tidak membawa ajaran baru. Ketika sholat dia menjadi makmum Imam Mahdi yang merupakan keturunan Nabi Muhammad. Dari hadits disebut bahwa Imam Mahdi dan Nabi Isa bahu-membahu perang melawan Dajjal hingga Dajjal tewas. Nabi Isa mematahkan salib dan semua ummat beriman ke dalam Islam. Ada pun Dajjal disebut berjalan keliling dunia menyebarkan kesesatan dan dapat menghidupkan orang yang mati. Kira-kira apa kondisi kita saat ini seperti itu? Jika tidak, berarti Nabi Isa belum kembali.

Agar tidak sesat, kita harus mempelajari Al Qur'an dan Hadits dan tidak membeo/taqlid kepada guru.

"Aku telah meninggalkan pada kamu dua hal. Kitab Allah dan sunnahku, kamu tidak akan sesat selama berpegang padanya. (Riwayat Tirmidzi)

"Aku tinggalkan kepadamu dua perkara. Selama kalian tetap berpegang pada keduanya sepeninggalku, maka kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabulloh dan Sunnahku." [Muwatta Imam Malik, hlm. 899 Hadits no. 1395]

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." [An Nisaa':59]

Dengan membaca Al Qur'an, niscaya kita akan tahu bahwa perintah sholat, zakat, puasa, haji yang ada dalam rukun Islam itu merupakan kewajiban dari Allah SWT:

"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orang-orang yang ruku" [Al Baqoroh:43]

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," [Al Baqoroh:183]

Jika kita kaji Al Qur'an dan hadits maka akan nyata bahwa sholat wajib itu ada 5 waktu (Subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan isya). Jadi begitu ada yang menyatakan tidak perlu sholat 5 waktu dan tidak perlu puasa, kita tahu orang itu sesat.

Banyak orang meski intelek atau mahasiswa, namun jarang mempelajari Al Qur'an dan Hadits. Sehingga begitu bertemu dengan orang yang sesat yang menafsirkan Al Qur'an dan Hadits sesuai dengan pikirannya sendiri, dia pun ikut tersesat.

Ciri khas dari aliran sesat adalah memisahkan diri dari jama'ah Islam (mayoritas Islam). Mereka hanya mau berguru dan mau berimaman hanya dengan kelompok mereka sendiri: Mereka memiliki masjid sendiri dan tidak mau sholat di masjid di luar kelompok mereka.

"Sesungguhnya ummatku berpecah-belah menjadi 73 golongan. Satu golongan di dalam surga dan 72 golongan di dalam neraka." Ditanyakan kepada beliau: "Siapakah mereka (yang 1 golongan) itu ya Rosululloh?" Beliau menjawab: "Al Jama'ah". [HR. Ibnu Majah, no.3992; Ibnu Abi 'Ashim, no.63; dan Al Laikai, 1/101]

Jama'ah artinya kumpulan terbesar. Meski hanya satu, tapi itulah kumpulan yang terbesar. Sementara kelompok sesat meski terbagi dalam 72 kelompok, tapi mereka terbagi dalam kelompok keci-kecil. Oleh karena itu umumnya kelompok sesat dari 1,2 milyar ummat Islam jumlahnya rata-rata kurang dari 10 juta orang.

"Ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan, seluruhnya akan masuk an-Nar, hanya 1 yang masuk al-Jannah." Kami (para sahabat) bertanya, "Yang mana yang selamat?" Rosululloh saw. menjawab, "Yang mengikutiku dan para Shahabatku." [HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah]

Nabi berkata bahwa ummat Islam tidak akan bersatu dalam kesesatan dan Allah melindungi kelompok Muslim terbanyak:

" Ummatku tidak akan bersatu di dalam kesesatan." [ Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Hakim- Sahih]

"Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku atas kesesatan dan perlindungan Allah beserta orang banyak." [HR Tirmidzi]

Jika ada kelompok pengajian jumlahnya sedikit sekali, tapi mengkafirkan seluruh ummat Islam di luar kelompoknya, maka kelompok itu niscaya sesat.

Anda harus selalu bergaul dengan jama'ah Muslim. Bergurulah dengan berbagai guru agar mendapat banyak ilmu dan bisa merangkum kebenaran yang sejati. Jika hanya belajar pada satu guru dan guru itu ternyata sesat, niscaya kita akan sesat juga jika tidak mau belajar dari guru lainnya.

Berikut satu hadits yang memuat pokok keimanan dan keIslaman. Orang yang melanggar rukun Iman dan rukun Islam, niscaya dia telah sesat:

Umar bin Khattab ra. berkata :Suatu ketika kami (para sahabat) duduk di dekat Rasulullah SAW. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang laki-laki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata, "Hai Muhammad, beritakan kepadaku tentang Islam". Rasulullah SAW menjawab, "Islam adalah engkai bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan engkau menunaikan haji ke Baitullah jika engkau telah mampu melakukannya". Lelaki itu berkata. "Engkau benar". Maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.

Kemudian ia bertanya lagi, "Beritahukan kepadaku tentang iman". Nabi menjawab. "Iman adalah engaku beriman kepada Allah, MalaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhir dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk". Ia berkata. "Engkau benar".

Dia bertanya lagi, "Beritahukan kepadaku tentang Ihsan". Nabi menjawab, "Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, kalaupun engkau tidak melihatNya sesungguhnya Dia melihatmu".

Lelaki itu berkata lagi, "Beritahukan kepadaku kapan terjadinya kiamat". Nabi menjawab, "Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya". Dia pun bertanya lagi, "Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya". Nabi menjawab, "Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya, jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing yang saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi."

Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam sehingga Nabi bertanya kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?" Aku menjawab, "Allah dan RasulNya lebih mengetahui". Beliau bersabda, "Ia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian". (HR. Muslim)

Do'a- Do'a

DO`A MASUK MASJID
( MENDAHULUKAN KAKI KANAN )

اللهم افتح لي أبواب رحمتك

DO`A KELUAR MASJID
( MENDAHULUKAN KAKI KIRI )


بسم الله و الصلاة والسلام على رسول الله
اللهم إنّي أسألك من فضلك
اللهم اعصمني من الشيطان الرجيم

DO`A MASUK RUMAH
( MENDAHULUKAN KAKI KANAN )

بسم الله ولجنا وبسم الله خرجنا

وعلى ربّنا توكّلنا

DO`A KELUAR RUMAH
( MENDAHULUKAN KAKI KIRI )

بسم الله توكّلت على الله

ولاحول ولا قوة إلاّ بالله

DO`A KE MASJID

اللهم اجعل فى قلبي نورا, وفي لساني نورا,
واجعل في سمعي نورا, واجعل في بصري نورا,
واجعل من خلفي نورا, ومن أمامي نورا,
واجعل من فوقي نورا ومن تحتي نورا.
اللهم أعطني نورا.



DO`A MASUK WC
{ MENDAHULUKAN KAKI KIRI }

بسم الله,
اللهم إنّي أعوذ بك من الخبث واخبائث


DO`A KELUAR WC
{ MENDAHULUKAN KAKI KANAN }

غفرانك



DO`A WUDHU
بسم الله


DO`A SEHABIS WUDHU
أشهد أن لاإله إلاّ الله وحده لا شريك له
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله
اللهم اجعلني من التوابين واجعلني من المتطهّرين


DO`A MEMAKAI PAKAIAN

الحمد لله الذي كساني هذا
ورزقنيه من غيرحول منّي ولا قوة


DO`A MELEPAS PAKAIAN

بسم الله


DO`A KETIKA
BERDUKA ATAU BERSEDIH

اللهم إنّي أعوذبك من الهمّ والحزن,
والعجز والكسل والبخل والجبن,
وضلع الدّين وغلبة الرجال.





DO`A KETIKA HUJAN TURUN

اللهم صيّبا نافعا

DO`A HABIS HUJAN

مطرنا بفضل الله ورحمته




DO`A KAFARATUL MAJLIS

سبحانك اللهم وبحمدك,
أشهد أن لاأله إلاّ أنت وأستغفرك وأتوب إليك

Matikan Rokok sebelum ia Mematikanmu!

MATIKAN ROKOK,
SEBELUM ROKOK MEMATIKAN ANDA
Oleh: M. Nashrun
Adakah Kebaikan?
Merokok adalah sudah menjadi kebiasaan yang tidak lagi dianggap buruk atau jelek, rokok terlanjur menjadi hoby sebagian besar manusia. Bahkan nyaris tidak ada hukum yang mengatur masalah yang satu ini. Padahal selain dilarang agama karena membahayakan manusia itu sendiri juga rokok kadang mendorong orang untuk merampok, mencuri dan berutang demi batang putih itu. Kita tidak bias membayangkan begitu jahatnya para perokok, membahayakan dirinya juga orang-orang yang ada disekitarnya (perokok pasif). Di Negara lain utamanya Negara maju seperti singapura melarang penduduknya merokok di tempat umum, mereka dihinakan dalam kubus tertutup. Semoga Negara Indonesia juga menerapkan hal yang sama sehingga mereka yang masih peduli akan kesehatannya tetap terjaga dan hak-hak meraka tetap mendapat perlindungan.
Kalau seandainya saja puntung rokok, sisa dari rokok para perokok di Indonesia, disambung dari Sabang sampai marauke niscaya akan sampai lah puntung itu ke ujung Sabang sampai Merauke. Dan kalau seandainya uang rokok diberikan kepada fakir-miskin yang ada di Indonesia niscaya tidak akan ada peminta-minta di jalan, pasar, mobil angkot dan lain-lain. Kalau uang para perokok dikumpulkan dan ditumpukkan di tanah lapang maka ia akan setinggi gunung Galunggung yang pernah meletus itu. Begitu banyaknya uang dihamburkan demi rokok. Sandainya uang rokok dikumpulkan lalu disatukan dan dikumpulkan dalam rekening di salah satu bank, maka tabungan itu lebih banyak dari pada kekayaan orang yang paling kaya nomor satu di dunia.
Dibawah ini saya mencoba mengungkap beberapa akibat buruk yang diakibatkan oleh rokok begitu pula pelakunya.
Data dari WHO tetang rokok menemukan bahwa kebiasaan merokok bisa membunuh empat kali lebih cepat dari pada mereka yang terbunuh karena AIDS, kecelakaan lalu-lintas, bunuh diri, pembunuhan, kebakaran, atau keracunan. Wahai para perokok, relakah engkau mati demi rokok?! Say No to Smoking !!!

Gara-gara Colombus
Tidak ada orang yang tak kenal rokok, bahkan hampir 75 persen manusia di kolom bumi ini pernah mencicipi sang pembakar uang itu. Namun anehnya meski pun sebagian besar mereka tahu bahaya rokok tapi tetap saja tak ambil pusing. Bahkan hanya sekian kecil manusia termasuk perokok tahu asal-usul rokok.
Jika Columbus tidak datang ke Amerika, mungkin dunia tidak mengenal yang namanya rokok. Tembakau yang nama latin Nikotiana Tobaccum Tobacco awalnya sebagai alat upeti untuk pelaut.
Pada tahun 600 SM, suku badui Amerika yang pertama kali menanam tembakau. Baru tahun ke satu masehi mereka memakai tembakau atau mereka sebut tobacco untuk obat dan mulai merokok. Kebiasaan penduduk pedalaman itu tidak pernah terbayangkan kalau akhirnya menjadi sebuah rutinitas penduduk bumi yang paling popular. Hingga menular ke penduduk kiblat ummat Islam, bahkan di sana bagai sebuah kemajuan dan kebanggaan bagi perokok. Nauzubillah, namun lebih bahaya dari pada itu, kepercayaan yang ada pada rokok adalah, asap tembakau bisa melindungi dari makhluk-makhluk halus yang jahat dan sekaligus memudahkan mendekati makhluk halus yang baik. Nah, kan kesyirikan pada asap rokok.

Indonesia di Peringkat Ke-lima
Convention on Tobacco Control yang diadakan oleh World Health Organization (WHO) 2003 atau 5 tahun lalu menunjukkan, perokok Indonesia berada pada peringkat ke-lima terbesar di dunia. Konvensi ini akan memperkirakan pada tahun 2030 jumlah perokok di dunia akan mencapai 1,6 miliyar dan 770 juta akan mengalami kematian karena disebabkan korban perokok aktif. Pada tahun 2002 juga memperlihatkan bahwa tembakau adalah penyebab dari empat juta kematian setiap tahun. Dan korbannya hampir di semua Negara-negara dunia ketiga. Salah satunya Negara yang dipimpin SBY-JK.
Indonesia penduduk umat Islam terbesar di dunia menjadi surga bagi perokok. Pantas kalau kita menuduh ada konspirasi tersendiri di balik rokok untuk membunuh kaum muslimin melalui asap dan 4.000 racun yang terkandung di dalamnya.
Di Negara kita ini tidak ada aturan bagi perokok, baik umur maupun jenis kelamin, tua-muda, sakit-sehat bahkan para penerima Raskin pun tak malu antri ambil bagian sambil menghisap Dji Samsu yang harganya jauh lebih mahal dari sekedar satu kilo beras.

Racun pada Rokok
Dalam satu batang rokok ada 4.000 zat kimia dan racun. Asap rokok secara langsung bias merusak sel-sel saluran pernafasan. Walau pun bukan perokok aktif.
Di antara zat yang berbahaya pada rook :

 Nikotin
Zat ini punya sifat adiktif, yang biasa bikin jadi ketagihan dan kecanduan yang susah ditinggalkan. Setelah dibakar dan dihisap 25% dari nikotin langsung masuk dalam peredaran darah perokok dan sampai ke otak manusia hanya dalam jangka 15 detik. Efeknya, mudah terjadi penyempitan pembuluh darah dan mengalami kekurangan oksigen di seluruh tubuh. Di setiap rokok zat ini berjumlah 8-20 mg (milligram)>
 Tar
Di dunia kedokteran dikenal zat Karsinogenik alias zat yang mampu menyebabkan kanker. Ampas dari asapnya akan menempel di paru-paru. Pelan-pelan sekitar 20 sampai 30 tahun, akan mengubah sel epitel bronkus normal di paru-paru menjadi sel kanker ganas.
 Karbon Monoksida atau CO
Sama dengan gas yang dikeluarkan oleh ujung knalpot mobil. Bahayanya, zat yang satu ini akan menghambat penyerapan oksigen oleh sel darah merah di dalam tubuh.
 Zat Beracun lainnya
Ammonia (bahan pembersih lantai), Benzen, Nitrosamin, Naftalen (kapur barus), Hidrogen Sianida, Radon, Aseton (penghapus cat kuku), Toluen, Metanol (bahan baker roket), Arsenik (racun semut putih), Butan (bahan baker korek api), cadmium (bahan aki mobil), DDT (bahan racun serangga) dan Vinil Klorida (bahan plastic).
Bayangkan kalau semua bahan berbahaya ini kita komsumsi tiap hati atau bahkan tiap detik, jadi apa tubuh ini?

Penyakit-Penyakit yang Disebabkan Rokok

 Stroke Infark atau Serangan Otak
Jaringan otak mati akibat gangguan pendarahan atau serangan jantung.
Seorang perokok yang mengidap penyakit hipertensi atau darah tinggi lebih gampang terjangkit penyakit ini.

 Kanker
Kanker kulit, mulut, lidah, tenggorokan, kerongkongan, pita suara dan paru-paru yang paling banyak disebabkan oleh rokok.
 Jantung Koroner
Jantung akan berdebar lebih kuat dan bekerja lebih keras. Gas HCN atau Hidro Carbon Nitrogen yang dihirup dari asap rokok bias bikin karat lemak di otak, pembuluh darah dan jantung koroner.

 Menopause Dini
Bagi seorang wanita, selain itu rentan terkena penyakit infertilitas atau tidakkesuburan. Semua ini disebabkan oleh nikotin yang merusak saluran sel indung telur.

 Penyakit saluran Kemih dan Kanker Ginjal
Zat kimia yang ada pada rokok masuk dalam darah, melewati kandung kemih dan tertinggal di situ. Saat penyaringan di ginjal, karena zat yang kurang halus, sel-sel ginjal jadi rusak dan zat perusak tersebut bertumpuk di ginjal dan berubah jadi sel kanker.

Rokok Merusak Kecantikan
Merusak Kulit
Kerutan kulit pada wajah karena kurangnya zat oksigen yang masuk ke sel kulit wajah. Tubuh perlu 10% oksigen, sedangkan otak 30%. Pas merokok, zat CO yang ada di sekitar ikut masuk ke dalam tubuh. Zat CO ini bisa menghambat penyerapan oksigen oleh sel darah merah. Zat oksigen diambil oleh sel darah merah atau hemoglobin. Padahal setiap organ tubuh perlu oksigen! Jika kekurangan oksigen, kulit jadi berkerut terutama di bagian luar mata, sampai sekitar pipi dan mulut.

Merusak Gigi
Tar yang ada pada rokok akan menempel pada gigi dan mengubah warna gigi jadi kuning, lalu coklat dan akhirnya kehitaman. Jika warna gigi berubah, maka itu menunjukkan email gigi pun ikut rusak.

Bibir jadi Hitam
Suhu panas dari rokok membuat bibir berubah warna. Dari warna merah pelan-pelan menjadi ungu kehitam-hitaman. Mungkin pas pakai lipstick pun akan tetap terlihat.

Nashrun
Jakarta 25 April 2008

Fatwa MUI masalah natal bersama

FATWA
Majelis Ulama Indonesia
TENTANG PERAYAAN
NATAL BERSAMA

FATWA
MAJLIS ULAMA INDONESIA
Tentang Perayaan Natal Bersama

Memperhatikan :
Perayaan Natal Bersama pada akhir-akhir ini disalah-artikan oleh sebagian ummat Islam dan disangka sama dengan ummat Islam merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad saw.
Karena salah pengertian tersebut ada sebagian orang Islam yang ikut dalam perayaan Natal dan duduk dalam kepanitiaan Natal.
Perayaan Natal bagi orang-orang Kristen adalah merupakan ibadah.
Menimbang:
Ummat Islam perlu mendapat petunjuk yang jelas tentang Perayaan Natal Bersama.
Ummat islam agar tidak mencampur-adukkan Aqidah dan ibadahnya dengan Aqidah dan ibadah agama lain.
Ummat Islam harus berusaha untuk menambah Iman dan Taqwanya kepada Allah SWT.
Tanpa mengurangi usaha ummat Islam dalam Kerukunan Antar Ummat Beragama di Indonesia.
Meneliti kembali: Ajaran-ajaran agama Islam, antara lain:
Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan, berdasarkan atas:
Al-Qur’an surat Al-Hujarat ayat 13:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu sekalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami menjadikan kamu sekalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa (kepada Allah), sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal"
Al-Qur’an surat Lukman ayat 15:
"Dan jika kedua orang tuamu memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang kamu tidak ada pengetahuan tentang ini, maka janganlah kamu mengikutinya, dan pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik. Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian kepada Ku-lah kembalimu, maka akan Ku-beritakan kepada-mu apa yang telah kamu kerjakan".
Al-Qur’an surat Mumtahanah ayat 8:
"Allah tidak melarang kamu (ummat Islam) untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (beragama lain) yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil".
Bahwa ummat Islam tidak boleh mencampur-adukkan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain berdasarkan:
Al-Qur’an surat Al-Kafirun ayat 1 – 6:
"Katakanlah hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku".
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 42:
"Janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedangkan kamu mengetahuinya".
Bahwa ummat Islam harus mengaruku ke-Nabian dan ke-Rasulan Isa Almasih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain, berdasarkan atas:
Al-Qur’an surat Maryam ayat 30 – 32:
"Berkata Isa: Sesungguhnya aku ini hamba Allah. Dia memberikan Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi dimana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama aku hidup (Dan Dia memerintahkan aku) berbakti kepada ibuku (Maryam) dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka."
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 285:
"Rasul (Muhammad) telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya dan Rasul-rasul-Nya (Mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari Rasul-rasul-Nya dan mereka mengatakan: Kami mendengar dan kami taat. (Mereka berdoa) Ampunilah Ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.
Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Almasih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik, berdasarkan atas:
Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 72:
"Sesungguhnya telah kafir orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah itu ialah Almasih putera Maryam. Pada hal Almasih sendiri berkata: Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya sorga dan tempatnya ialah neraka, tidak adalah bagi orang zalim itu seorang penolong pun".
Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 73:
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: Bahwa Allah itu adalah salah satu dari yang tiga (Tuhan itu ada tiga), pada hal sekali-kali tidak ada Tuhan selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir itu akan disentuh siksaan yang pedih".
Al-Qur’an surat At Taubah ayat 30
"Orang-orang Yahudi berkata" Uzair itu anak Allah, dan orang-orang Nasrani berkata Almasih itu anak Allah. Demikian itulah ucapan dengan mulut mereka, mereka meniru ucapan/perkataan orang-orang kafir yang terdahulu, dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling".
Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya agar mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuha. Isa menjawab: Tidak. Hal itu berdasarskan atas Al-Quran surat Al-Maidah ayat 116 – 118:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia (kaummu): Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah? Isa menjawab: Maha Suci Engkau (Allah), tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya tentu Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Akut tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya), yaitu: Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Tetapi setelah Engkat wafatkan aku. Engkau sendirilah yang menjadi pengawas mereka. Engkaulah pengawas dan saksi atas segala sesuatu. Jika Engka menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu dan jika Engka mengampunkan mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu, berdasarkan atas Al-Qur’an surat Al-Ikhlas:
"Katakanlah: Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang segala sesuatu bergantung kepada-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak seorang pun/sesuatu pun yang setara dengan Dia".
Islam mengajarkan ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan, berdasarkan atas:
Hadits Nabi dari Nu’man bin Basyir:
"Sesungguhnya apa-apa yang halal itu telah jelas dan apa-apa yang haram pun telah jelas, akan tetapi di antara keduanya itu banyak yang syubhat (sebagian halal, sebagian haram), kebanyakan orang tidak mengetahui yang syubhat itu. Barangsiapa yang memelihara diri dari yang syubhat itu, maka bersihlah agamanya dan kehormatannya, tetapi barangsiapa jatuh pada yang syubhat maka berarti ia telah jatuh kepada yang haram, misalnya semacam orang yang menggembalakan binatang di sekitar daerah larangan maka mungkin sekalin binatang makan di daerah larangan itu. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai larangan dan ketahuilah bahwa larangan Allah ialah apa-apa yang diharamkan-Nya (oleh karena itu yang haram jangan didekati)".
Kaidah Ushul Fikih
"Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan-kemaslahan (jika tidak demikian sangat mungkin mafasidnya yang diperoleh, sedangkan mushalihnya tidak dihasilkan)".
Majelis Ulama Indonesia memfatwakan:
Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa as, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram.
Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal.

KOMISI FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua
( K.H. SYUKRI GHOZALI ) Sekretaris
( DRS. H. MAS’UDI )
MAJELIS ULAMA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
Jalan Medan Merdeka Selatan 8-9 Jakarta Blok G Lantai I Telp. 358521, 370909, 370909 Pes. 128
SERUAN MAJELIS ULAMA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
Kepada Ummat Islam Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Dalam menghadapi Hari Natal

Memperhatikan pertanyaan-pertanyaan dan permintaan fatwa dari masyarakat kepada Majelis Ulama Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam rangka memantapkan pelaksanaan P-4, khususnya Sila pertama serta guna memelihara aqidah Ummat Islam, dengan berdasarkan kepada ketentuan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta Surat Edaran Menteri Agama Republik Indonesia Nomor: MMA/432/1981 perihal Penyelenggaraan Peringatan Hari-Hari Besar Keagamaan tanggal 2 September 1981, maka dengan bertawwaqal kepada Allah SWT. Majelis Ulama Daerah Khusus Ibukota Jakarta menyampaikan Seruan kepada Ummat Islam Ibukota dalam menghadapi peringatan hari Natal sebagai berikut:
Peringatan hari Natal adalah termasuk hari besar keagamaan bagi agama Kristen (Protestan) dan Katholik. Oleh karena itu, peringatan hari Natal hanya diselenggarakan dan dihadiri oleh para pemeluk agama yang bersangkutan.
Dalam rangka menghormati pemeluk agama Kristen (Protestan) dan Katholik dalam merayakan hari Natal, hendaknya Ummat Islam dapat tetap memelihara aqidah/ajaran agama Islam, dengan menghindari dari perbuatan-perbuatan/ tindakan-tindakan yang bertentangan dengan aqidah/ajaran agama Islam.
Ummat Islam tidak dapat dibenarkan mengikuti peringatan hari Natal, atau ikut serta dalam pelaksanaannya sepanjang didalamnya ada unsur peribadatan seperi pujian/nyanyian/paduan suara, do’a, pembacaan Al-kitab, Khotbah/renungan, dan lain-lain.
Ummat Islam hendaknya dapat memelihara dan membantu terwujudnya Progam Pemerintah mengenai "tiga kerukunan Ummat beragama" yakni kerukunan intern ummat beragama, kerukunan antar ummat beragama, dan kerukunan antara ummat beragama dengan Pemerintah, dengan tetap memelihara aqidah/ajaran agama Islam.
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak kita inginkan bersama dan untuk memurnikan pelaksanaan kerukunan ummat beragama serta memelihara persatuan dan kesatuan bangsa, kami ingatkan akan pesan/petunjuk Nabi Muhammad SAW, dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim, sebagai berikut:

"Bergaullah dengan segala manusia dengan budi pekerti yang baik walaupun dengan orang kafir, pasti engkau masuk (surga) bersama orang-orang yang baik".
"Bergaullah dengan segala manusia, tapi agamamu jangan dirusakkan:.
Semoga Allah SWT, senantiasa memelihara keimanan kita dan memberikan taufiq dan hidayahNya kepada kita bersama.
Amien.

Senin, 07 Juni 2010

Kamis, 20 Mei 2010

Syararat2 Mufassir dan Adabnya ##### Ulumul Qur'an

SYARAT-SYARAT MUFASSIR DAN ETIKANYA
A. Makna Syarat-syarat Mufassir
Kita tahu, bahwa tafsir merupakan salah satu jalan untuk memahami kitab yang diturunkan Allah kapada nabi Muhammad SAW yang tercinta. Sangat mustahil seseorang akan paham Alqur’an secara kamil kalau tidak tahu tentang tafsir. Sebelum melangkah lebih dalam tentang tafsir Alqur’an, ada beberapa hal yang harus di pahami terlebih dahulu, diantaranya harus paham dulu apa itu tafsir, Al-qur’an dll. Dengan ini dipaparkan sedikit untuk bisa kita melangkah lebih jauh tentang tafsir Al-qur’an.
Awalnya, Al Quran turun secara berangsur-angsur selama lebih dari 22 tahun sebagai intruksi Allah atas Nabi serta ummatnya. Kadang, turunnya Al Quran sebagai reaksi atas sebuah fenomena atau permasalahan riil saat itu. Oleh karena itu, dalam Al Quran banyak di dapati hal-yang berhubungan dengan aktifitas dan keperluan manusia baik didunia apalagi di akhirat.
Dan Al Quran merupakan sumber terpenting sebagai rujukan utama ilmu-ilmu bahasa, sastra,dan bahkan melahirkan ilmu sosial dan dasar-dasar administrasi tata Negara, oleh karena itu tersedianya sarana dan prasarana yang memadai bagi seorang pengkaji merupakan nilai khusus bagi kematangan kajiannya.
Kajian ilmiah yang objektif adalah merupakan dasar ilmu pengetahuan yang benar yang dapat dipertanggung jawabkan dan melalui itu pulalah ia dapat bermanfaat. Maka dari pada itu seorang mufassir tidak jauh dengan hal tersebut bahkan lebih disebabkan ia adalah tuntunan syariat serta pedoman agama. (Manna’ Al Qaththan, Pustaka Al Kauts:414).
Pengertian syarat mufassir adalah jalur serta rel sahnya seorang menafsirkan Al-Qur’an, syarat amat sangat urgen bagi siapa pun yang ingin menafsirkan sebuah ayat apata lagi menafsirkan Al-Qur’an secara keseluruhan. Setiap disiplin ilmu pengetahuan membutuhkan sebuah syarat sebagai penunjang utama dalam langkah menuju objektif. Tafsir tidak hanya satu jalur setelah sekian panjang perjalanan ummat ini maka sampailah kita pada masa yang amat jauh dengan qurun Rasulullah dan para sahabatnya, demikian dapat dikategorikan pengambilan tafsir dengan beberapa hal;
1. Sabda, perbuatan, taqrir dan jawaban Rasulullah Saw, terhadap soal-soal yang dikemukakan para sahabat apabila kurang atau tidak dapat memahami maksud suatu ayat Al Qur'an. Tafsiran yang berasal dari Rasulullah ini di sebut Tafsir manquul. Seperti diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda: Ashshalaatul wusthaa dalam surat (2) Al Baqarah ayat 238 maksudnya ialah : sembahyang ashar. Contoh lain ialah: Ali bin Abi Thalib berkata: Aku menayakan kepada Rasullah Saw tentang Yaumul Hajjil Akbar dalam surat (9) At Taubah ayat 3, Rasulullah menjawab: Yaumun nahr. Tafsir yang berbeda dari sabda, perbuatan, taqrir dan jawaban Rasulullah terhadap soal-soal yang diajukan ini, didapati dalam bentuk hadits, yang mempunyai sanad-sanad tertentu. Sebagaimana halnya dengan hadits, maka sanad ini ada yang shaheh, yang hasan, yang dhaif, yang maudhu' dan sebagainya. Begitu pula sering didapat maknanya bertentangan dengan kabar yang mutawir, bahkan bertentangan dengan akal pikiran. Oleh sebab itu apabila hadits tafsir ini akan digunakan untuk menafsirkan ayat-ayat Al Qur'an, perlu ditiadakan penelitian lebih dahulu, apakah dapat dijadikan hujjah atau tidak.
2. Ijtihad. Diantara para sahabat dan tabi'ien dalam menafsirkan Al Quraan, disamping menggunakan hadits-hadits Nabi, juga menggunakan hasil pikiran mereka masing-masing; mereka berijtihad dalam menetapkan maksud suatu ayat. Hal ini mereka lakukan karena mereka mengetahui tentang hal-hal yang berhubungan dengan bahasa Arab, tahu tentang sebab-sebab suatu ayat diturunkan, tahu adat istiadat. Arab Jahiliyah dan tentang cerita-cerita Israiliyat dan sebagainya. Contohnya ialah: kata Aththuur dalam ayat 63 ayat 2 Al Baqarah di tafsirkan dengan tafsiran yang berbeda. Mujahid menafsirkannya dengan gunung sedang Ibnu Abbas menafsirkannya dengan gunung Thuur dan sebagainya. Di samping itu ada pula diantara sahabat dan tabi'ien yang tidak mau menafsirkan Al Qur'an menurut ijtihad mereka, beliau menjawab: Saya tidak akan mengatakan sesuatu tentang Al Qur'an.
3. Cerita-cerita Israiliyaat: ialah perkhabaran yang berasal dari orang-orang Yahudi dan Nasrani. Kaum Muslimin banyak mengambil cerita dari Israiliyaat ini, sebab Nabi Muhammad Saw sendiri pernah berkata: Bila dikisahkan kepadamu tentang ahli Kitab, janganlah dibenarkan dan jangan pula dianggap dusta. Maksudnya ialah supaya kaum Muslimin menyelidiki lebih dahulu tentang kebenaran cerita-cerita yang dikemukakan oleh ahli Kitab. Setelah nyata kebenarannya barulah diambil sebagai pegangan.
B. Macam-macam syarat mufassir
Untuk menafsirkan al-Qur’an, seseorang harus memenuhi beberapa kreteria diantaranya:
1)- Beraqidah shahihah, karena aqidah sangat pengaruh dalam menafsirkan al-Qur’an serta memiliki pengaruh besar terhadap jiwa pemiliknya, dan seringkali mendorongnya untuk mengubah nash-nash, tidak jujur dalam penyampaian berita. Apabila seseorang menyusun sebuah tafsir, maka ditakwilkannya ayat-ayat yang bertentangan dengan akidahnya, kemudian menggiringnya kepada madzhabnya yang batil, guna memalingkan orang-orang dari mengikuti golongan golongan dan jalan petunjuk.
2)- Tidak dengan hawa nafsu semata, Karena dengan hawa nafsu seseorang akan memenangkan pendapatnya sendiri tanpa melilhat dalil yang ada. Bahkan terkadang mengalihkan suatu ayat hanya untuk memenangkan pendapat atau madzhabnya.
3)- Menafsirkan dahulu al-Qur’an dengan al-Qur’an, karena sesuatu yang masih global pada satu tempat telah terperinci di tempat lain dan sesuatu yang dikemukakan secara ringkas di tempat telah diuraikan di tempat lain.
4)- Mencari penafsiran dari sunnah, karena sunnah berfungsi sebagai pensyarah Al-Qur’an dan penjelasnya. Al-Qur’an telah menegaskan bahwa semua ketetapan hukum Rasulullah berasal dari Allah,
       ••         
” Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”.(An-Nisaa:105)
Demikian pula ditegaskan dalam Surah An Nahl : 44.
       ••      
“ Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”
Rasulullah bersabda, “Ketahuilah bahwa telah diberikan kepadaku Al-Qur’an dan bersamanya pula sesuatu yang serupa dengannya,” yakni Sunnah.
Berkenaan dengan ini Imam Asy-syafi’ie berkata, “Segala sesuatu yang diputuskan Rasulullah adalah hasil pemahamannya terhadap Al-Qur’an.
5)- Faham bahasa arab dan perangkat-perangkatnya, karena al-Qur’an turun dengan bahasa arab. Mujahid berkata; “Tidak boleh seorangpun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, berbicara tentang Kitabullah (al-Qur’an) jikalau tidak menguasai bahasa arab“.
5)- memiliki pemahaman yang mendalam agar bisa mentaujih (mengarahkan) suatu makna atau mengistimbat suatu hukum sesuai dengan nusus syari’ah,
6)- Faham dengan pokok-pokok ilmu yang ada hubungannya dengan al-Qur’an seperti ilmu nahwu (grammer), al-Isytiqoq (pecahan atau perubahan dari suatu kata ke kata yang lainnya), al-ma’ani, al-bayan, al-badi’, ilmu qiroat (macam-macam bacaan dalam al-Qur’an), aqidah shaihah, ushul fiqh, asbabunnuzul, kisah-kisah dalam islam, mengetahui nasikh wal mansukh, fiqh, hadits, dan lainnya yang dibutuhkan dalam menafsirkan. Lebih daripada itu seorang mufassir lebih jeli dan teliti utamanya spesial dalam bahasa. Bahasa Arab kerana dengannya seorang mufassir mengetahui penjelasan kosa kata suatu lafaz dan maksudnya sesuai dengan objek. Oleh kerana demikian pentingnya penguasaan terhadap bahasa Arab dalam menafsirkan Al-Quran, Mujahid mengatakan,
لا يحل لأحد يؤمن بالله واليوم الآخر أن يتكلم في كتاب الله إذا لم يكن عالمًا بلغات العرب‏.
“Tidak halal bagi seorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir berbicara mengenai sesuatu yang terdapat dalam Kitabullah apabila ia tidak mengetahui bahasa Arab.”
2. Nahwu kerana suatu makna boleh saja akan berubah-ubah dan berlainan sesuai dengan perbezaan i’rabnya.
3. Tashrif (sharaf) kerana dengannya dapat diketahui bina’ (struktur) dan shighah suatu kata.
4. Isytiqaq kerana suatu nama apabila isytiqaqnya berasal dari dua subjek yang berbeza, maka ertinya pun juga pasti berbeza. Misalnya (المسيح), apakah berasal dari (السياحة) atau (المسح‏).
5. Al-Ma‘ani karena dengannya dapat diketahui kekhususan tarkîb (komposisi) suatu kalimat dari segi manfaat suatu makna.
6. Al-Bayan karena dengannya dapat diketahui kekhususan tarkib (karangan) suatu kalimat dari segi perbezaannya sesuai dengan jelas atau tidaknya suatu makna.
7. Al-Badi‘ kerana dengannya dapat diketahui pengkhususan tarkib (karangan) suatu kalimat dari segi keindahan suatu kalimat.
Ketiga ilmu di atas disebut ilmu balaghah yang merupakan ilmu yang harus dikuasai dan diperhatikan oleh seorang mufassir agar memiliki sensitiviti terhadap keindahan bahasa (i‘jaz) Al-Quran.
8. Ilmu qira’ah kerana dengannya dapat diketahui cara mengucapkan Al-Quran model bacaan yang disampaikan antara satu qari’ dengan qari’ lainnya.
9. Usuluddin (prinsip-prinsip agama) yang terdapat di dalam Al-Quran berupa ayat yang secara teksl menunjukkan sesuatu yang tidak boleh ada pada Allah ta‘ala. Seorang ahli usul berperanan untuk mentakwilkan hal itu dan mengemukakan dalil terhadap sesuatu yang boleh, wajib, dan tidak boleh.
10. Usul fiqh kerana dengannya dapat diketahui wajh al-istidlal (penunjukan dalil) terhadap hukum dan istinbath.
11. Asbabun Nuzul (sebab-sebab turunnya ayat) kerana dengannya dapat diketahui maksud ayat sesuai dengan peristiwa diturunkannya.
12. An-Nasikh wa al-Mansukh agar diketahui mana ayat yang muhkam (ditetapkan hukumnya) dari ayat selainnya.
13. Fiqh.
14. Hadis-hadis untuk mentafsirkan yang mujmal (umum) dan mubham (tidak diketahui).
15. Ilmu muhibah, yaitu ilmu yang Allah ta‘ala anugerahkan kepada orang yang mengamalkan ilmunya.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
من عمل بما علم ورثه الله علم ما لم يعلم
“Siapa yang mengamalkan ilmunya, maka Allah akan menganugerahkannya ilmu yang belum ia ketahui.”
Ibnu Abid Dunya mengatakan, “Ilmu Al-Quran dan istinbath darinya merupakan lautan yang tidak bertepi.”
Ilmu-ilmu di atas merupakan alat bagi seorang mufassir. Seseorang tidak memiliki autoriti untuk menjadi mufassir kecuali dengan menguasai ilmu-ilmu ini. Siapa saja yang mentafsirkan Al-Quran tanpa menguasai ilmu-ilmu tersebut, bererti ia mentafsirkan dengan ra’y (akal) yang dilarang. Namun apabila mentafsirkan dengan menguasai ilmu-ilmu tersebut, maka ia tidak mentafsirkan dengan ra’y (akal) yang dilarang.
8. Mempunyai pengetahuan pokok-pokok ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an:
a. Ilmu Qiraat kerana dengannya seseorang itu dapat mengetahui cara-cara mengucapkan lafaz-lafaz Al-Qur’an dan dapat pula memilih bacaan yang lebih kuat di antara berbagai ragam bacaan yang ada, malah qiraat juga dapat memastikan maksud yang sebenarnya apabila terjadi perselisihan.
b. Mendalami ilmu Usuluddin dan ilmu tauhid karena dengannya seseorang
mufassir diharapkan dapat mentafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan ketuhanan dan hak-hak Allah dengan betul serta tidak mentakwilkannya dengan sewenang-wenangnya atau melampaui batasan.

c. Berpengetahuan dalam Usul Fiqh karena ia dapat membantu mufassir bagaimana hendak membuat kesimpualan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan berdalil dengannya. Begitu juga mengenai ayat-ayat mujmal dan mubayyan, umum dan khusus, mutlak dan muqayyad, amar dan nahy dan perkara-perkara yang berkaitan.
d. Berpengetahuan yang luas dalam bidang pokok-pokok ilmu tafsir dapat membantu memahami ayat-ayat al-Qur’an dengan betul dan mendalam. Contohnya Asbab al-Nuzul akan menolong mufassir dalam memahami maksud ayat berdasarkan latar belakang penurunan ayat. Begitu pula dengan An-Nasikh dan Al-Mansukh serta ilmu-ilmu yang lainnya.
9. Memiliki ketelitian dan kecermatan dalam pemahaman, sehingga dengannya mufassir boleh membezakan antara pendapat-pendapat yang saling berdekatan, kerananya mufassir tersebut dapat mengambil kesimpulan hukum yang sesuai dengan nas-nas syariat.
Mentafsirkan Al-Quran tanpa landasan ilmu merupakan dosa besar yang sangat berat ancamannya. Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ فِي الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Barangsiapa yang berkata tentang Al-Quran tanpa landasan ilmu hendaknya ia menempati posisinya di neraka.” (HR At-Tirmidzi [2874])
Orang yang memenuhi syarat-syarat mufassir dibolehkan untuk menafsirkan Al-Quran sesuai dengan kaedah dan peraturan yang ditetepkan. Akan tetapi jika seseorang tidak dapat mencapai kriteria syarat-syarat mufassir, maka sikap yang mesti diambil adalah mengikuti penafsiran para ulama yang kompeten dalam bidang ini.
C. Defenisi Etika Mufassir
Berbagai definisi yang berbeda dikemukakan oleh para ahli tentang tafsir. Perbedaan tersebut pada dasarnya timbul akibat perbedaan mereka tentang ada tidaknya kaidah-kaidah yang dapat dijadikan patokan dalam memahami firman-firman Allah dalam Al-Quran. Satu pihak beranggapan bahwa kemampuan menjelaskan atau memahami firman-firman Allah itu bukanlah berdasarkan kaidah-kaidah tertentu yang bersumber dari ilmu-ilmu bantu, tetapi harus digali langsung dari Al-Quran berdasarkan petunjuk-petunjuk Nabi saw., dan sahabat-sahabat beliau. Pihak ini mendefinisikan tafsir sebagai "penjelasan tentang firman-firman Allah; atau apa yang menjelaskan arti dan maksud lafal-lafal Al-Quran". Bagi mereka, tafsir bukan suatu cabang ilmu.
Pihak lainnya yang berpendapat bahwa terdapat kaidah-kaidah tafsir, mengemukakan definisi yang dapat disimpulkan dalam formulasi berikut bahwa tafsir adalah "suatu ilmu yang membahas tentang maksud firman-firman Allah SWT, sesuai dengan kemampuan manusia".
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan pendapat tersebut. Namun, yang jelas, pendapat pihak pertama memperberat tugas-tugas mufasir dalam menjelaskan atau menemukan tuntunan-tuntunan Al-Quran yang bersifat dinamis, disamping mempersulit seseorang yang ingin memperdalam pengetahuannya tentang Al-Quran dalam waktu yang relatif singkat. Inilah agaknya yang menjadi sebab mengapa definisi kedua lebih populer dan luas diterima oleh para pakar Al-Quran daripada definisi pertama.
Diakui oleh semua pihak bahwa materi-materi Tafsir dan ilmunya sedemikian luas, sehingga tidak mungkin akan dapat tercakup berapa pun jumlah alokasi waktu yang diberikan. "Al-Shina'ah thawilah wa al-'umr, gashir, " demikian kata Al-Zarkasyi dalam Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur'an.163
Di sisi lain, perkembangan ilmu ini dan keanekaragaman disiplinnya, menuntut para ahli agar bersikap sangat selektif dalam memilih matakuliah-matakuliah yang ditampung dalam satu kurikulum, suatu hal yang sering mengakibatkan pengasuh matakuliah tertentu merasa dirugikan atau disepelekan oleh penyusun kurikulum tersebut.
Kenyataan di atas mengantarkan kita untuk menekankan perlunya menetapkan terlebih dahulu tujuan pengajaran tafsir di IAIN. Tujuan yang dimaksud di atas bukannya tujuan akhir yang ideal dari suatu pendidikan yang kemudian diturunkan menjadi tujuan kurikuler sampai kepada tujuan instruksional, tetapi terbatas hanya pada bidang kognitif tanpa mempermasalahkan segi afektif dan psikomotorik kehidupan peserta didik.
Hemat penulis, pengajaran tafsir di perguruan tinggi seyogianya tidak ditekankan pada pemahaman kandungan makna suatu ayat, atau pemberian ide tentang suatu masalah dalam bidang disiplin ilmu, tetapi melampaui hal tersebut, yaitu dengan memberi mereka kunci-kunci yang kelak dapat mengantarkannya untuk memahami Al-Quran serta kandungannya secara mandiri.
Jika itu yang menjadi tujuan pengajaran tafsir, maka materi ayat-ayat yang dipilih, atau masalah-masalah ilmu tafsir yang diajarkan, (mesti) tidak lagi menitikberatkan pada kandungan arti suatu ayat atau masalah tertentu, satu hal yang selama ini telah mengakibatkan tumpang-tindihnya permasalahan tersebut dengan disiplin ilmu lain yang juga memilih masalah yang sama. Pemilihan hendaknya lebih banyak didasarkan pada cakupan kunci-kunci pemahaman yang dapat mengantarkan peserta didik kepada tujuan yang dimaksud.
Pokok Bahasan Tafsir
Kalau kita menoleh kepada materi Ilmu Tafsir atau 'Ulum Al-Qur'an sebagaimana dipaparkan oleh Al-Zarkasyi dalam Al-Burhan, maka akan ditemukan 47 pokok bahasan, tidak termasuk di dalamnya materi tafsir dan pengenalan terhadap kitab-kitab tafsir, yang sebagian uraian tentangnya, sebagaimana diakui oleh Al-Zarkasyi sendiri, belum memadai.
Hemat penulis, secara garis besar, terdapat sekian banyak pokok bahasan tafsir yang harus diketahui oleh seluruh mahasiswa IAIN, apa pun nama komponen matakuliahnya. Pokok bahasan itu antara lain:
1. Pengenalan terhadap Al-Quran
Pokok bahasan ini hendaknya mencakup: (a) persoalan wahyu, pembuktian adanya serta macam-macamnya; (b) Al-Quran dan kedudukannya dalam syariat (agama) Islam; (c) garis-garis besar kandungannya (dengan penekanan bahwa Al-Quran tidak mencakup seluruh persoalan ilmu maupun agama); (d) Al-Quran sebagai petunjuk dan mukjizat; (e) otentisitas Al-Quran (tinjauan historis); (f) batas-batas keterlibatan peranan Nabi Muhammad dalam Al-Quran; dan (g) sistematika perurutan ayat dan surat-suratnya.
Dengan mengetahui masalah-masalah di atas, peserta didik diharapkan dapat mengenal Al-Quran secara sederhana tetapi utuh.
2. Pengenalan terhadap Beberapa Pokok Bahasan Ilmu Tafsir
Pokok bahasan ini mencakup: (a) arti tafsir dan ta'wil; (b) tafsir, sejarah dan kepentingannya; (c) asbab al-nuzul; (d) al-munasabat (korelasi antar ayat); (e) al-muhkam dan al-mutasyabih; (f) sebab-sebab kekeliruan dalam menafsirkan Al-Quran; (g) corak dan aliran-aliran tafsir yang populer; dan (h) sebab-sebab perbedaan corak penafsiran.
Dengan mengetahui masalah-masalah di atas, peserta didik diharapkan dapat mengetahui, secara umum, permasalahan tafsir, kesukaran dan kemudahannya, serta syarat-syarat yang dibutuhkan untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Quran.
Selanjutnya, sebagaimana dikemukakan di atas, pemilihan materi pengajaran hendaknya lebih ditekankan pada cakupan materi tersebut pada kunci-kunci yang dapat mengantarkannya secara mandiri untuk memahami kandungan Al-Quran. Atas dasar pertimbangan tersebut, dapat kiranya dikemukakan di sini beberapa pokok bahasan yang dapat menunjang tercapainya tujuan yang dimaksud. Materi-materi yang disebutkan berikut dapat dibagi sesuai dengan alokasi waktu yang tersedia.
Materi-materi 'ulum Al-Qur'an dapat dibagi dalam empat komponen: (1) pengenalan terhadap Al-Quran; (2) kaidah-kaidah tafsir; (3) metode-metode tafsir; dan (4) kitab-kitab tafsir dan para mufasir.
Pengenalan terhadap Al-Quran
Komponen ini mencakup, (a) sejarah Al-Quran, (b) rasm Al-Quran, (c) i'jaz Al-Quran, (d) munasabat Al-Quran, (e) qishash Al-Quran, (f) jadal Al-Quran, (g) aqsam Al-Quran, (h) amtsal Al-Quran, (i) naskh dan mansukh, (j) muhkam dan mutasyabih, dan (k) al-qira'ah.
Kaidah-kaidah Tafsir
Komponen ini mencakup: (a) ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menafsirkan Al-Quran, (b) sistematika yang hendaknya ditempuh dalam menguraikan penafsiran, dan (c) patokan-patokan khusus yang membantu pemahaman ayat-ayat Al-Quran, baik dari ilmu-ilmu bantu seperti bahasa dan ushul fiqh, maupun yang ditarik langsung dari penggunaan Al-Quran. Sebagai contoh dapat dikemukakan kaidah-kaidah berikut: (1) kaidah ism dan fi'il, (2) kaidah ta'rif dan tankir, (3) kaidah istifham dan macam-macamnya, (4) ma'ani al-huruf seperti 'asa, la'alla, in, idza, dan lain-lain, (5) kaidah su'al dan jawab, (6) kaidah pengulangan, (7) kaidah perintah sesudah larangan, (8) kaidah penyebutan nama dalam kisab, (9) kaidah penggunaan kata dan uslub Al-Quran, dan lain-lain.
Metode-metode Tafsir
Komponen ini mencakup metode-metode tafsir yang dikemukakan oleh para ulama mutaqaddim dengan ketiga coraknya: al-ra'yu, al-ma'tsur, dan al-isyari, disertai penjelasan tentang syarat-syarat diterimanya suatu penafsiran serta metode pengembangannya; dan mencakup juga metode-metode mutaakhir dengan keempat macamnya: tahliliy, ijmaliy, muqarin, dan mawdhu'iy.
Kitab-kitab Tafsir dan Para Mufasir
Komponen ini mencakup pembahasan tentang kitab-kitab tafsir baik yang lama maupun yang baru, yang berbahasa Arab, Inggris, atau Indonesia, dengan mempelajari biografi, latar belakang, dan kecenderungan pengarangnya, metode dan prinsip-prinsip yang digunakan, serta keistimewaan dan kelemahannya.
Pemilihan kitab atau pengarang disesuaikan dengan berbagai corak atau aliran tafsir yang selama ini dikenal, seperti corak fiqhiy, shufiy, 'ilmiy, bayan, falsafiy, adabiy, ijtima'iy, dan lain-lain.
Materi Tafsir
Sebagaimana dikemukakan di atas, pemilihan materi ayat-ayat di samping berdasarkan kandungannya, juga, dan yang terutama, peranannya dalam menunjang pemahaman materi-materi 'ulum Al-Quran, baik untuk pemahaman lebih dalam tentang Al-Quran, maupun contoh-contoh penerapan kaidah-kaidah tafsir dan metode-metodenya.
Sebagai contoh dapat dikemukakan materi ayat-ayat berikut, yang mendukung berbagai materi 'ulum Al-Quran: (1) Kisah: Al-Kahfi ayat 9-26 (ashhab al-kahfi), 83-101 (Dzu Al-Qarnain); Al-Qalam ayat 18-33 (ashhab Al-Jannah); (2) Jidal: Saba' ayat 24-7; Al-Hajj ayat 8-10 (etika berdiskusi); (3) Amtsal: Al-Nur ayat 45; Al-Baqarah ayat 261-5; (4) Aqsam: Al-'Ashr dan Al-Dhuha, (5) pengulangan ism: Al-Insyirah ayat 5-6; (6) Al-Nakirah fi Siyaq Al-Nafi: Yunus ayat 107; dan lain-lain.

D. Macam-macam Etika Mufassir
Adapun adab atau etika yang harus dimiliki seorang mufassir adalah sebagai berikut :
1. Niatnya harus bagus, hanya untuk mencari keridloan Allah semata. Karena seluruh amalan tergantung dari niatannya (lihat hadist Umar bin Khottob tentang niat yang diriwayatkan oleh bukhori dan muslim diawal kitabnya dan dinukil oleh Imam Nawawy dalam buku Arba’in nya).
2. Berakhlak mulia, agar ilmunya bermanfaat dan dapat dicontoh oleh orang lain
3. Mengamalkan ilmunya, karena dengan merealisasikan apa yang dimilikinya akan mendapatkan penerimaan yang lebih baik.
4. Hati-hati dalam menukil sesuatu, tidak menulis atau berbicara kecuali setelah menelitinya terlebih dahulu kebenarannya.
5. Berani dalam menyuarakan kebenaran dimana dan kapanpun dia berada.
6. Tenang dan tidak tergesa-gesa terhadap sesuatu. Baik dalam penulisan maupun dalam penyampaian. Dengan menggunakan metode yang sistematis dalam menafsirkan suatu ayat. Memulai dari asbabunnuzul, makna kalimat, menerangkan susunan kata dengan melihat dari sudut balagho, kemudian menerangkan maksud ayat secara global dan diakhiri dengan mengistimbat hukum atau faedah yang ada pada ayat tersebut.
E. Mengapa Perlu ada Etika Mufassir?
Al-qur’an adalah kalammullah yang diturunkan kepada nabi muhammad lewat perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal, baik aqidah, ibadah, etika, mu’amalah dan sebagainya.
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَـبَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَىْءٍ وَهَدَى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
(Q.S.An-Nahl89)
Mempelajari isi Al-qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya.Firman Allah :
وَلَقَدْ جِئْنَـهُمْ بِكِتَـبٍ فَصَّلْنَـهُ عَلَى عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami[546]; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.(Q.S.Al-A’raf 52)
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-qur’an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-qur’an dengan bantuan terjemahnya sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Bahkan di antara para sahabat dan tabi’in ada yang salah memahami Al-Qur’an karena tidak memiliki kemampuan untuk memahaminya. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur’an diperlukanlah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana, tata cara menafsiri Al-Qur’an. Yaitu Ulumul Qur’an atau Ulum at tafsir.
Mengkaji sebuah ayat dan firman Allah bukanlah bersumber akal belaka yang kemungkinan besar tidak sesuai dengan apa yang di maksudkan oleh ayat tersebut, sehingga demikian ia membutuhkan pembimbingn yang menunjuk pada jalan tersebut. Sebutlah Rasulullah ketika sahabat Abu Bakar datang dengan pertanyaan sinis, lantas siapakah yang selamat dari kezhaliman? Ketika turun ayat:
           
. ”Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Al-An’am: 82) .
Kemudian Rasulullah menerangkan makna Zhulmun yakni kesyirikan, hal sersebut sebagaimana tercantum dalam surat Luqman ayat 13.
               
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Penulis menafsirkan ayat al-Qur’an dengan jelas dan ringkas dengan menukil pendapat para sahabat dan tabi’in disertai sanadnya. Jikalau dalam ayat tersebut ada dua pendapat atau lebih, di sebutkan satu persatu dengan dalil dan riwayat dari sahabat maupun tabi’in yang mendukung dari tiap-tiap pendapat kemudian mentarjih (memilih) diantara pendapat tersebut yang lebih kuat dari segi dalilnya. Beliau juga mengii’rob (menyebut harakat akhir), mengistimbat hukum jikalau ayat tersebut berkaitan dengan masalah hukum. Ad-Dawudy dalam bukunya “Thobaqah al-Mufassirin“ mengomentari metode ini dengan ungkapannya:“ Ibnu jarir telah menyempurnakan tafsirnya dengan menjabarkan tentang hukum-hukum, nasih wal mansuh, menerangkan mufrodat (kata-kata) sekaligus maknanya, menyebutkan perbedaaan ulama’ tafsir dalam masalah hukum dan tafsir kemudian memilih diantara pendapat yang terkuat, mengi’rob kata-kata, mengkonter pendapat orang-orang sesat, menulis kisah ,berita dan kejadian hari kiamat dan lain-lainnya yang terkandung didalamnya penuh dengan hikmah dan keajaiban tak terkira kata demi kata, ayat demi ayat dari isti’adzah sampai abi jad (akhir ayat). Bahkan jikalau seorang ulama’ mengaku mengarang sepuluh kitab yang diambil dari tafsir ini, dan setiap kitab mengandung satu disiplin keilmuan dengan keajaiban yang mengagungkan akan diakuinya (karangan tersebut).
Penulis sangat teliti dalam mentafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan menukil perkataan para salafus sholeh. Ia menafsirkan ayat dengan ibarat yang jelas dan mudah dipahami. Menerangkan ayat dengan ayat yang lainnya dan membandingkannya agar lebih jelas maknanya. Beliau juga menyebutkan hadits-hadits yang berhubungan dengan ayat tersebut dilanjutkan dengan penafsiran para sahabat dan para tabi’in. Beliau juga sering mentarjih diantara beberapa pendapat yang berbeda, juga mengomentari riwayat yang shoheh atau yang dhoif(lemah). mengomentari periwayatan isroiliyyat. Dalam menafsirkan ayat-ayat hukum, ia menyebutkan pendapat para Fuqaha (ulama’ fiqih) dengan mendiskusikan dalil-dalilnya, walaupun tidak secara panjang lebar. Imam Suyuthy dan Zarqoni menyanjung tafsir ini dengan berkomentar ;” Sesungguhnya belum ada ulama’ yang mengarang dalam metode seperti ini “.
Penulis terkenal dengan gaya penulisan ulama’ fiqih., dengan menukil tafsir dan hukum dari para ulama’ salaf dengan menyebutkan pendapatnya masing-masing. Dan membahas suatu permasalahan fiqhiyah dengan mendetil. Membuang kisah dan sejarah, diganti dengan hukum dan istimbat dalil, juga I’rob, qiroat, nasikh dan mansukh. Beliau tidak ta’assub (panatik) dengan mazhabnya yaitu mazhab Maliki.
Menekankan penafsiran bil-ma’tsur dengan dilengkafi qira’ah as-sab’ah dan qiro’ah syadz (lemah) untuk istisyhad (pelengkap). Menerangkan masalah fiqih dengan terperinci, dengan menyebut pendapat disertai dalil-dalilnya dan mentarjih berdasarkan dalil yang kuat. Pembahasan masalah bahasa dan usul fiqih. Beliau wafat dan belum sempat menyelesaikan tafsirnya yang kemudian dilengkapi oleh murid sekaligus menantunya yaitu Syekh ‘Athiyah Muhammad Salim.
Refrensi:
1 Adz-Dzahabi, at-Tafsir wa al-Mufassirun 1/13, Manna’ al-Qattan, Mabaahits fi Ulumi al-Qur’an hal : 323.
2 Abdul Hamid al-Bilaly, al-Mukhtashar al-Mashun min Kitab al-Tafsir wa al-Mufashirun, (Kuwait: Daar al-Dakwah, 1405) hal. 8
3 Marfu’ adalah perkataaan atau perbuatan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
4 Mauquf adalah perkataan atau perbuatan yang disandarkan kepada para shohabat
5 majmu’ fatawa syaikhul Islam ibnu taimiyah 13/370 dan buku mabahits fi ulumul al-qur’an ole mann’ al-qotton hal ; 340-342
6_Abdul Wahid Ramli.Drs, Ulumul Qur’an, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
7_Nata Abuddin, Al-Qur’an dan Hadits, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1992
8_Abdul Halim M, Memahami Al-Qur’an, Marja’, Bandung, 1999
9_Shaleh K.H, Asbabun Nuzul, C.V Diponegoro, Bandung, 1992
10_Al-Alwi Sayyid Muhammad Ibn Sayyid Abbas, Faidl Al-Khobir, Al-Hidayah, Surabaya